Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

27 Februari 2009

Dasar Males...


Seminggu ini aku telat masuk kerja terus. Malesnya lagi gila-gilaan (emang biasanya nggak? :p). Aku bahkan menyalahkan jam mejaku, abisnya entah bel masuk (yang bunyinya-nggak-banget, mirip peringatan ada serangan udara di zaman perang dunia) dipencet petugasnya makin cepet, atau jam mejaku yang makin lambat kehabisan energi baterai. Sekarang bel masuk itu terdengar setiap pk. 06.47, bukan pk. 07.00 seperti seharusnya.

Hari ini aku juga telat lagi, tapi berhubung hari Jum'at pagi di komplek perkantoran ada kegiatan aerobik, masuknya lebih lambat. Tetep aja... masuk jam 07.30, keluar dari kos jam 07.25. Bheuuu... padahal mau beli nasi kuning dulu buat sarapan.


Di seberang kos ada penjual nasi kuning yang baru buka beberapa minggu. Nasi kuningnya lebih dikit tapi bumbunya lebih terasa. Enak, lho! Tapi satuuuuu aja yang bikin aku suka gemes, si Ibu penjual nasi kuningnya seolah bergerak dengan slow motion. Beneran, deh! Gerakan tangannya yang berpindah-pindah dari mengambil nasi kuning, kering tempe, dll sampai terakhir telur balado, kayak terjadi dalam waktu jutaan tahun (hehe... terlalu hiperbolik, siy... ^_^). Apalagi buat yang lagi telat kayak aku, duh... duh...! Gemesss.... pengen ngebantuin ngambilin aja, tapi takut ibu penjualnya malah ngamuk, akhirnya bukan dapet sarapan enak malah dilemparin sambal, hehehe... Ga, ding, penjualnya bae koq ^_^


Hwah... Hari Jum'at.... Semangatnya udah libur duluan nih....

16 Februari 2009

Glam Girls


Akhir-akhir ini jadi baca buku remaja terus, hehe... (ga apa-apa, ah, biar awet muda *ngeles*). Untuk buku ini, aku cuma penasaran dengan genre clique-lit yang diusung gagasmedia. Apa, sih, clique-lit? Ya pastinya ada hubungannya dengan kata clique dunk... Ga usah terlalu ilmiah dah, cukup liat di linguist, kata clique itu berarti kelompok atau golongan kecil.

Jujur, tadinya aku takut kecewa sama novel ini, soalnya sebelumnya aku sempet ga puas waktu baca buku Nina Ardianti lainnya yang berjudul Simple Lie. Entah kenapa, ga sreg aja mengikuti ceritanya. Tapi di buku ini, Nina bener-bener beda! Gaya berceritanya asik dan segar. Ngingetin aku sama buku yang suka aku baca jaman muda dulu (hehe...), kalo ga salah serialnya Girl's Talk.

Di buku ini, dengan menggunakan sudut pandang pertama, cerita dituturkan dari tokoh Adrianna. Ia gadis pintar dan bersekolah di international school yang notabene murid-muridnya berasal dari kalangan atas. Ad, nama panggilannya, termasuk kaya juga (iya lah, secara mobilnya Camry pake sopir pula), namun dibanding trio Rashi-Maybella-Marion yang super-tajir, super-modis dan super-cantik, Ad dikategorikan sebagai 'gadis biasa-biasa' saja di sekolah itu.

Ad sama sekali ga keberatan dengan status 'biasa-biasa'-nya dan ia juga ga ambil pusing dengan keberadaan trio clique elit yang -bahkan di luar sekolah pun- sangat populer itu. Tapi ia mulai jengkel ketika harus satu kelompok dengan Rashi dan Maybella di mata pelajaran Indonesian Studies. Di matanya, kedua cewek itu hanya mementingkan penampilan daripada otak. Mau tak mau, Ad harus memaksa mereka mengerjakan project paper itu. Ketika Marion ternyata bermasalah dengan Rashi, tak dinyana Ad mulai dilibatkan dalam acara-acara Rashi dan Maybella, sehingga ia dianggap sebagai sidekick pengganti Marion. Ad mulai bimbang karena ternyata ia mulai berubah. Tak hanya pakaiannya yang menjadi lebih modis, tapi nilainya pun jadi berantakan. Ia harus menentukan pilihannya, nilai atau style?

PS. Cuma pikiran iseng ajah, ada ga ya buku clique-lit yang settingnya lingkungan elit (baca: ekonomi sulit) kaya aku? Hehe...

Aku Tak Bisa Berpuisi....

Jika kau tak bisa menghindari sesuatu dengan berbalik lalu berlari, bukankah kau tak punya pilihan selain menghadapi?
Meski hati menjerit, kau harus tegak berdiri
Menantangnya dengan berani

Entah di mana cerita akan berujung
Raga yang lebur atau jiwa yang mati
Permainan yang telah kau mulai, harus kau akhiri

You may not always end up where you were going,
but you will always end up where you were meant to be.


Hiks... lagi 'mendung'....

13 Februari 2009

Buku Ehm...


Tiap kali liat buku ini nangkring di rak toko buku, aku pengen nyengir sendiri... Bukan, tentunya bukan karena aku dah sinting (meskipun kalo lagi stres aku curiga otakku emang rada ga beres), bukan pula gara-gara mau valentine (emang penting yah ngerayain hari kaya gini? :p), tapi karena.... mmm... buku ini begitu familiar, kayak pernah liat dimanaaa gitu... lucu ajah ^_^

Winda sampe membaca beberapa halaman buku ini keras-keras di depanku sambil ga henti-hentinya cekikikan sambil curi-curi pandang ke arahku *halah, didramatisir, heuheu...* Aku pura-pura ga denger sambil mata melototin buku Amulet of Samarkand, padahal aslinya siy udah pengen ngumpet ke kolong kasur, tempat kecoa-kecoa suka pada mati secara misterius. Tapi ujung-ujungnya dia memberiku kehormatan dengan menawarkan diri menjadi 'penyampai pesan' untukku (uh, so sweet.... *tolong jangan muntah,Win!*), wkakakaka....

Emang buku ini kenapa?
Ga pa pa, koq, dia baik-baik aja... ^_^
Tapi kalo pengen tau kenapa aku 'agak bermasalah' dengan buku satu ini... mmm... baca sendiri aja deh! :p

Btw, akhirnyaaaa... buku Brisingr nongol juga tanggal 26 Februari ini. Udah ga sabar baca lanjutan petualangan naga-naga dan para penunggangnya! Tapi lanjutan film-nya yang Eldest koq belom ada yah?

Terus... terus... kemaren gara-gara masih ga hafal (menurut EYD yang bener 'hafal' atau 'hapal'? Penting yah, dibahas? Penting dunk kalo buat penulis, meskipun kastanya masih rendah kaya aku, heheh... *Nanya sendiri, jawab sendiri, orang aneh...*) rute angkot, aku nyasar ke gramedia. Ternyata buku kedua Bartimaeus Trilogy stoknya kosong, hiks.... Anggaran buat beli buku bulan depan jadi naik drastis deh....

Chocoluv


Kesan pertama liat novel ini: tipis banget! ^_^ Tapi desain sampulnya yang cute membuatku memutuskan membeli buku ini.

Bercerita tentang seorang gadis bernama Rere: masih kuliah, plin-plan banget, pecinta sepatu, punya pacar yang nearly perfect (ganteng, sabar, setia, pengertian), dan punya dua orang sahabat yang oke. Konflik dimulai saat Rere melupakan hari ulang tahun pacarnya. Padahal dia juga pengen banget beli sepatu. Dan ketika mantannya yang menyebalkan tiba-tiba masuk lagi dalam kehidupannya, ditambah pacar sang mantan yang ternyata artis cantik pendatang baru, Rere merasa hidupnya tiba-tiba kacau. Ending-nya biasa, cerita yang disodorkan terasa begitu ringan dan tidak membutuhkan semedi jungkir balik untuk menamatkannya ^_^

Maaf, ya, Teh Ninit... mungkin emang aku juga yang salah. Soalnya, buku ini ternyata bukan buat yang 'berusia lanjut' sepertiku *halah* wkakakaka.... Jujur, ya, Teh, aku agak 'terganggu' oleh dua hal. Pertama, Rere yang maniak sepatu mengingatkanku pada tokoh chicklit 'luar', seperti seri Shopaholic dan In Her Shoes. Kedua (ini mungkin tidak terhindarkan karena tuntutan sponsor), penyebutan es krim chocoluv yang rasanya agak dipaksakan demi kepentingan iklan. Oh, ayolah, Teh.... I know you can do much much better than this!

Ok, Teh Ninit... ditunggu karyanya yang berikut ya!!! Luv ya! ^_^

*SKSD banget siy, heuheu....*

12 Februari 2009

Kangen Ngopi....



Rasanya udah berabad-abad sejak terakhir kali aku minum kopi, hiks.... Sejak pertengahan tahun lalu, lambungku tiba-tiba jadi sensi dan manja. Padahal, biasanya direcokin sama sambal ijo nasi padang atau sambal buatan Ecko (duh, Ko, kangen sambal buatanmu!), ditambah dua gelas kopi tiap hari juga oke-oke aja.

Pulang dari resepsi pernikahan Jeng Sari, aku sampai ambruk di rumah teteh di Pekalongan. Kupikir karena masuk angin dan kecapekan, soalnya aku menempuh rute (emang angkot! :D) Jogja-Pekalongan-Bandung trus balik lagi ke Pekalongan ke acara Jeng Sari. Besoknya cabut lagi nemenin ponakan-ponakan maen ke Bogor.

Tapi, sejak itu tubuhku jadi rewel. Tiap aku minum kopi dan tiap telat makan rasanya limbung. Yang paling ga nahan nyut-nyut di kepala, duh.... Akhirnya aku kurangin minum kopi. Biasanya paling ga bisa kalo sehari ga ngopi, inget terus sama aromanya yang mmmmhhh.... :p

Nah, apalagi sejak sakit kemarin, praktis hampir sebulan aku berusaha melupakan secangkir candu itu. Kalo di kantor ada yang menyeduh, menghirup aromanya aja udah bikin aku sakit hati, apalagi berusaha menahan diri untuk ga ikut-ikutan bikin, rasanya pengen nangis darah... (ga, deng, ga segitunya, hehe...).

Berbungkus-bungkus Cappuccino instan di kos pun terpaksa aku cuekin. Meskipun udah berusaha diganti teh atau coklat, tetep aja kangen.... Rasanya tuh bungkus kopi melambai-lambai terus pengen dibuka, diseduh, dan dinikmati *halah*. Sekaliiiii aja, pikirku, kayaknya ga apa-apa, deh.... Tapi membayangkan obat-obat yang harus kutelan, ditambah repotnya orang-orang tercinta saat aku sakit, plus biaya rumah sakit yang harus dikeluarkan, bheuuuu.... Ampuh banget untuk menolak godaan teramat sangat berat itu.

Gimana, ya, caranya biar bisa ngopi lagi? Hiks....

11 Februari 2009

To Kill A Mocking Bird


Coba liat covernya yang keren! Maksudku bukan dari segi desainnya (meskipun bagus juga dan 'kena' banget), tapi dari tulisan-tulisan yang menghiasinya: Pulitzer Prize Winning For Fiction, Guinness Book of World Records sebagai novel terlaris sepanjang masa, plus penghargaan Presidential Medal of Freedom 2007 untuk pengarangnya. Gile... impian semua penulis banget, tuh!

Dengan mengusung tema 'berat' berbau rasial, kisah di novel ini menjadi unik karena dituturkan melalui sudut pandang seorang gadis kecil berusia delapan tahun. Kita akan diajak menyelami pikirannya yang polos, sederhana, namun kadang mencengangkan karena bermakna begitu dalam. Dibimbing oleh Atticus Finch, ayahnya yang bijak dan berpikiran maju serta Jem, kakak laki-laki semata wayang yang tengah beranjak remaja, gadis kecil bernama Jean Louise Finch (atau biasa dipanggil Scout) ini 'berusaha' memahami kehidupan melalui interaksinya dengan beragam karakter orang-orang di sekelilingnya.

Ada karakter Calpurnia, koki keluarga Scout yang berkulit hitam, Mrs. Henry Lafayette Dubose yang sudah tua dan berlidah setajam silet *halah*, ada si biang gosip Miss Stephanie Crawford, juga Miss Rachel dan ponakannya, Dill, seorang anak laki-laki hampir sebaya Scout yang akan datang setiap liburan musim panas tiba. Namun yang paling aneh adalah tetangga Scout yang tinggal di Radley Place. Keluarga Radley jarang terlihat keluar rumah hingga anak-anak ketakutan setiap lewat depan rumahnya. Konon, salah satu anak Radley ada yang dikurung di ruangan bawah tanah dan menjadi gila.

Tekanan dan cercaan terhadap Scout dan keluarganya dimulai saat Atticus, sebagai pengacara, membela seorang kulit hitam yang dituduh (maaf) memperkosa wanita kulit putih. Beberapa mendukung, tetapi lebih banyak yang menentang, bahkan ingin mencelakai keluarga Finch. Namun, dengan adanya masalah ini, Scout yang pemarah justru belajar menjadi lebih sabar dan tegar. Dan kita, sebagai pembaca, seolah-olah dibimbing secara halus untuk lebih memahami dan menerima perbedaan karakter manusia dengan segala problematika yang terjadi dalam kehidupannya.

Kisah dalam novel ini nggak seberat keliatannya koq ^_^ Penuturannya mengalir lancar dan kadang kepolosan Scout membuat kita tersenyum. Fakta dan 'dongeng' sejarah dalam buku ini juga mempermudah kita membayangkan situasi di Alabama saat itu. Buku bagus buat dikoleksi!

06 Februari 2009

Dilema Makan Malam




Kemaren aku lagi ngidam nasi jamblang. Ga tau kenapa, lagi pengeeeennn banget makan nasi dibungkus daun jati sama lauk-pauknya yang asik itu. Maka, ketika maghrib tiba dan berhasil 'kabur' dari pekerjaan, aku langsung mengajak Uray nge-jamblang. Eh, ternyata di warung jamblang udah ada Harun dan Ihwan. Waaa... tinggal manggil Chief dan Ibu Sekjen, bisa meeting di situ tuh, wkakakaka....


Setelah memesan jus jambu dan membeli nasi jamblang, aku langsung pulang ke kos yang ga berapa jauh dari situ. Di kos, aku langsung dicegat Mas Slamet, 'tetangga kamar' yang memberiku sekotak nasi kuning pemberian 'tetangga kamar' baru di sebelah kamarku. Wah, pantesan pas pulang istirahat siang, ada kegiatan masak-memasak yang ga biasa di dapur kos.


Nah.... Nah.... Aku jadi bingung mau makan yang mana. Soalnya, sejak sakit, kapasitas perutku sepertinya agak berkurang. Biasanya aku disebut-sebut punya usus tujuh belas jari gara-gara selera makanku yang bikin cewek-cewek model pada pingsan. Kalo lagi normal, semuanya mungkin muat kumakan dalam waktu hampir bersamaan (mungkin, lho, ya! ^_^). Tapi sekarang....


Aduh, makan mana dulu ya... Takutnya dua-duanya basi kalo disimpan sampai pagi. Hwah, tau gini, aku terima tawaran Mama buat beli magic com. Nasi kuning ataw jamblang? Aku pengen banget makan jamblang, tapi kan kasian tetanggaku yang udah cape-cape masak, trus nasinya aku cuekin. Apalagi keliatannya juga menggoda banget... Trus kalo nasi kuning dulu, sayang dunk jamblangnya, udah ngidam niy.... Hiks.... Tambah lagi jus jambu yang isinya segelas gede itu. Duh... duh....

Akhirnya yang terjadi seperti ini (dengan pemotongan adegan-adegan yang ga perlu): makan nasi kuning dulu (untuk menghargai kebaikan hati tetangga baru), bangun jam 2 pagi minum jus, dan pagi-pagi menghantam nasi jamblang (alhamdulillah masih bisa dimakan meskipun rasanya rada-rada beda, heuheu... daripada mubazir....). Sempet teringat bakteri2 salmonella paratyphii yang sempet bikin rusuh ususku siy... Tapi, bismillahi tawakkaltu... niatku kan bae, moga2 ga pa pa ^_^

05 Februari 2009

Baca, Deh!


Aku udah naksir buku ini dari dulu, cuma setiap kali liat covernya koq serem gitu, ya? Khawatirnya buku ini lebih 'gelap' dan 'kelam' dibanding Lord of The Rings Trilogy. Bahkan pas baru beli, waktu buku itu tergeletak di kasur (dengan plastik pembungkus masih utuh), aku sampe membalik cover depannya karena takut, heuheu...

Ternyata, begitu baca lembar pertama, aku udah cekikikan sendiri karena buku ini... lucu banget! Emang ga semua bagian lucu kayak Kambingjantan-nya Raditya Dhika, siy... Soalnya cara bercerita di buku ini dibagi menjadi dua bagian: sisi Nathaniel dan sisi Bartimaeus.

Nathaniel adalah seorang penyihir muda amat berbakat, tapi mempunyai sifat mudah marah dan tidak sabaran. Kekecewaan hidupnya yang pertama adalah saat orang tuanya 'menjual' dirinya di umur lima tahun untuk dilatih menjadi penyihir. Kekecewaan berikutnya adalah ia mendapatkan master (semacam guru penyihir pribadi sekaligus orang tua angkat) seorang penyihir kelas menengah yang tidak menyukai Nathaniel dan tak mampu melindungi saat Nathaniel dipermalukan oleh penyihir tingkat tinggi bernama Simon Lovelace.

Sisi penceritaan Natahaniel bernada sedih, murung dan penuh amarah. Karena dendam dan bosan direndahkan, diam-diam ia belajar dan berlatih sendiri sekeras mungkin hingga menguasai ilmu sihir jauh melampaui penyihir sebayanya. Sebelum waktunya tiba, ia sudah melakukan ritual pemanggilan jin-nya yang pertama dengan tujuan sederhana: mempermainkan Simon Lovelace dengan mencuri benda yang, menurut Nathaniel, paling disayangi Lovelace. Benda itu adalah Amulet Samarkand, benda dengan kekuatan magis luar biasa yang mampu melindungi pemakainya dari kekuatan sihir tingkat tinggi.

Bartimaeus-lah jin yang dipanggil Nathaniel untuk tugas itu. Dan sisi penceritaannya paling aku tunggu-tunggu karena meskipun tampangnya tidak keren (seperti yang diakuinya sendiri), tapi selera humornya tinggi! Jin ini cerdas dan kocak. Bahkan dalam situasi menegangkan, dia bisa membuatku terpaksa menahan tawa terpingkal-pingkal (untuk menghindari kecurigaan para tetangga tentang kewarasanku ^_^). Bartimaeus memang sukses mencuri amulet itu. Namun, mereka ternyata terjebak di tengah rencana konspirasi Simon Lovelace untuk meng-kudeta perdana menteri Inggris.

Dari rencana pembalasan Nathaniel yang sederhana, cerita berkembang menjadi penuh intrik dan pertarungan. Korban-korban pun berjatuhan. Tapi, jangan khawatir, saat Bartimaeus bertarung, ia tetep melawak, koq! Heuheu... Dia pernah ditaksir burung dara betina genit saat menyamar menjadi burung untuk memata-matai Lovelace. Dia sempat-sempatnya melakukan gerakan balerina di udara (tangan diangkat ke atas lalu berputar dengan bertumpu pada satu kaki) saat bertarung dengan jin kuat bernama Jabor. Pokoknya ada-ada aja, deh!

Bagaimana tepatnya rencana Lovelace untuk membunuh PM Inggris dan menteri-menteri lain sehingga dia sangat membutuhkan amulet itu? Dan bagaimana akhir cerita Bartimaeus dan Nathaniel yang 'terpaksa' bersatu untuk melawan Lovelace demi keselamatan jiwa mereka sendiri dan rakyat Inggris? Baca sendiri, dunkkk... ^_^ (basi, ya, maaph... :p)

03 Februari 2009

Sebellll....!

Don't rely too heavily on your analytical skills when you are making a romantic move. Logic does not always apply to matters of the heart, and there is no predicting how people will act or react. Plus, if you think too much about every little word or glance, you'll paralyze yourself with details that just don't matter. So think with your heart. Be open and honest about what you feel -- just spill it when the time feels right! It's scary, but it's also thrilling.

Ini ramalan bintangku di Yahoo! hari ini. Buset, dah, yang dibahas koq tentang cinta yah ^_^

Aku siy ga percaya sama ramalan, baca just for fun aja. Lumayan, klo kata-katanya ngasih semangat, aku jadi bisa senyum pas lagi jutek. Kebanyakan melesetnya siy, heuheu... Tapi hari ini aku emang lagi super males mikirin seseorang (cie... siapa tuuu...). Pokoknya kalo mikirin dia jadi be-te aja bawaannya. Nah trus pas iseng nge-klik horoscope, whahaha.... koq kaya gitu siy, ramalannya.... Apa yang kuputuskan tentang dia emang udah aku analisis dan logisnya emang udah seharusnya aku ga ngasih kesempatan padanya (sok iyeh, ya!). Nah, padahal aku bukan orang yang logic, cenderung intuitif malah. Dan intuisiku mengatakan he's not that into me.... Dari kejadian-kejadian yang pernah ada, aku berusaha menganalisis perasaannya, pikirannya, keinginannya... Kesimpulanku, ini cuma permainan dia aja. Jadi, boleh donk berpikir logis kalo aku ga mau dikadalin?

Hwaaah... tapi logic does not always apply to matters of the heart. Dengan amat sangat berat hati aku menyetujui hal ini, hiks... Soalnya seperti yang wewe Linda bilang, aku bete karena aku ternyata kangen dia. Sebelllll....!!!! I'm not that into you either!!!

02 Februari 2009

Heuheu... Dasar Jodoh!

"Ucan, kalo mau jalan-jalan, aku ikut yaa...," rayuku pada Jeng Ucan Jum'at sore itu. Heuheu... dasar ga mau bermodal! Maunya nebeng aja biar gratisan.

"Okeh, tapi kalo ga ada sms, berarti emang ga pergi kemana-mana," jawabnya. Aku mengangguk. Dia emang suka males keluar rumah kalo lagi libur. Pengennya istirahat aja sambil maen-maen sama Eilen-nya yang lucu itu ^_^

Maka, saat Sabtu sore tak ada sms dari Jeng Ucan, aku memutuskan pergi sendiri naik angkot. Harus ke atm sekaligus pengen ke Gramedia, cari novel yang ringan semacam chicklit (lagi males baca yang 'berat' setelah minggu lalu selesai baca To Kill A Mockingbird. Btw, it's a must-read novel!). Karena Mbak Mutmut bilang satu-satunya Gramedia di Cirebon adanya di Grage, aku memutuskan pergi ke mal itu.

Pas di angkot, supirnya nanya, "Mau turun di mana, Mbak?"

"Asia!" Jawabku spontan. Lho? Monyong...! Aku kan mau ke Grage, ngapain jawab Asia? Kan jauh banget! Karena tengsin mau ngeralat jawaban, akhirnya aku hanya pasrah saat angkot menepi di depan Toserba Asia. Tapi semangatku bangkit lagi *halah* saat melihat tulisan Toko Buku Kurnia Agung terpampang segede gajah di gedung Toserba Yogya. Bagus lah, jadi aku tetep bisa cari buku di sini.

Setelah selesai dengan urusan atm, aku naik ke lantai atas. Tapi setelah keliling-keliling, koq toko bukunya ga ketemu, ya? Aku mengintip lantai atas lagi, yang ternyata restoran seafood Marina. Jadi, toko bukunya di mana, dunk? Akhirnya aku bertanya pada salah satu karyawan, dan ternyata.... di situ emang ga ada toko buku. Toko buku itu baru pindah ke PGC akhir Januari ini.

Dengan rada gondok, aku terpaksa berjalan kaki menuju PGC. Untung letaknya masih di daerah itu dan FYI, aku ga pernah pergi ke gedung ini sebelumnya. Ternyata mirip-mirip Pasar Baru Bandung dalam skala kecil, aku jadi sekalian cuci mata liat-liat model sepatu, hihihi... Sayang, toko bukunya kecil dan baru buka, koleksi bukunya masih sedikit dan ga teratur. Chiclikt terjemahan yang kucari pun ga ada. Setelah bolak-balik ga jelas sampe diliatin karyawan toko, aku memilih tiga buah buku: Chocoluv-nya Ninit Yunita, kumpulan cerpen bernuansa Melayu berjudul Amuk Tun Teja, dan buku pertama dari The Bartimaeus Trilogy yang berjudul The Amulet of Samarkand.

Saat akan membayar buku di kasir, sekelebat aku melihat jilbab warna terakota yang kukenal di pintu masuk. Saat menoleh, sebuah wajah lagi nyengir lebar ke arahku dan langsung menyapa, "Koq pergi keluar ga bilang-bilang, sih?" Wkakakaka.... Cengirannya itu, lho, kayak yang merasa bersalah karena caught ini the act. Yupz! Jeng Ucan&family full edition baru aja memasuki toko buku. "Bukannya kalo mau pergi, mau sms aku?" Todongku, sambil mencubit-cubit pipi Eilen yang ngegemesin. Ternyata Jeng Ucan tadinya ga berniat pergi ke toko buku. Tapi saat mengobrol dengan suaminya, misua tercintanya itu salah tangkep bin salah tafsir ucapan Jeng Ucan. Mereka mendadak pergi dan Jeng Ucan (yang otak briliannya itu saturasinya hampir jenuh gara-gara kerjaan) benar-benar lupa mengirimiku sms.

Takdir banget, ga, sih???? Kami berdua ketemu di toko buku yang sama karena kesalahan sepele yang ga perlu. Emang udah rejeki tokonya juga kali ya ^_^ Nah, syukurlah, soalnya aku bingung kalo pulang dari sana naik angkot apa. Tapi alih-alih naik angkot, aku jadi diantar pulang naik Livina-nya yang nyaman dan gratis, heuheu.... Puas pula nyiumin dan nyubitin Eilen sesuka hati.

Ah, Sang Maha Pengatur di atas sana kadang suka bercanda....