Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

15 Januari 2010

Sekelumit Malam

Di tempatku berpijak, hanya ada rerumputan kering dan semak-semak liar. Di sini malam terasa dingin dan gelap. Detik yang berlalu hanya diisi keheningan. Sementara jauh di seberang, cahaya kota berkelap-kelip penuh kehangatan. Pantulan warnanya begitu memesona di permukaan laut yang tenang. Seakan ia terbuat dari kaca yang menyerap semua bayangan keindahan malam.

Berdiri di sini, menikmati setiap siluet pernak-pernik kota yang terekam dalam pemandangan di seberangku, hanya ditemani angin yang bergerak-gerak gelisah. Aku bisa melihat cahaya lampu-lampu malam itu berpendar jelita. Tapi cahaya itu tak bisa meraihku. Ia bagai mimpi yang tak nyata. Di sini, aku yang beku hanya terbiasa berbincang dengan tuan api yang semangatnya selalu bergelora. Bertukar kata dalam diam, berbagi cerita hingga fajar tiba.

13 Januari 2010

Time To Say Goodbye


Time To Say Goodbye
by Simple Plan

I just don't want to waste another day
I'm trying to make things right
But you shove it in my face
And all those things you've done to me I can't erase
And I can't keep this inside
It's time to say goodbye

On the first day that I met you
I should have known to walk away
I should have told you you were crazy
And disappear without a trace
But instead I stood there waiting
Hoping you would come around
But you always found a way to let me down

[Chorus]
It's time to say goodbye
(I just don't want to waste another day)
It's time to say goodbye
(Cause things will never be the same)
It's time to say goodbye
(You make me sick I need to walk away)
It's time to say goodbye
It's time to say goodbye

After all the things I've done for you
You never tried to do the same
It's like you always play the victim
And I'm the one you always blame
When you need someone to save you
When you think you're going to drown
(Think you're going to drown)
You just grab your arms around me and pull me down

[Chorus]

Now I'm gone
It's too late
You can't fix
Your mistakes
I was trying to save you from you
So you scream
So you cry
I can see
Through your lies
You're just trying to change me
(Trying to change me)

Somewhere in the distance
There's a place for me to go
I don't want you to hate me
But I think you need to know
You're weighing on my shoulders
And I'm sick of feeling down
So I guess it's time for me to say goodbye

***
Begitu menutup telepon di pembicaraan kita yang terakhir, aku langsung menghadap-Nya. Tak ada waktu untuk menangis. Aku membuka facebook, mengganti status dan menghapus namamu dari daftar pertemanan. Aku bersihkan HP-ku dari semua sms dan daftar panggilan darimu. Terakhir, aku hapus nomormu dari memori di dalamnya.

Ketika tiba di kantor, aku terpikir untuk memblok alamatmu di e-mailku. Tapi aku telah berjanji, itulah satu-satunya media bagi kita berkomunikasi. Dan aku akan menepati janjiku. Meskipun aku tak berjanji akan membalasnya.

Dan ya, aku tahu suatu hari kamu akan berkunjung ke sini, duniaku, di blog ini. Silakan. Toh namamu memang pernah ada dalam cerita hidupku. Meskipun berakhir menyakitkan.

Selamat tinggal.

07 Januari 2010

Lelaki Buaya Darat... Buset! Aku Tertipu Lagi...

Libur tahun baru kemarin, aku mengunjungi kakakku di Pekalongan. Cirebon-Pekalongan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3,5 jam dengan bus patas Coyo atau Nusantara tujuan Semarang. Setelah puas bermalas-malasan berhari-hari plus bermain-main dengan 5 kucrit (baca: ponakan) tersayang, tiba waktunya kembali ke alam nyata (halah), bekerja demi sesuap nasi.

Aku memesan tiket di terminal. Karena busnya dari Semarang, kursi kosong yang tersedia tinggal sedikit. Di deretan depan, terdapat satu kursi kosong di sebelah seorang bapak muda (aku tak begitu memperhatikan karena hanya melihat sekilas). Setelah dengan sopan bertanya apakah kursi itu kosong, si bapak muda yang sedang sibuk makan gorengan tadi mengangguk tanpa menoleh lagi.

Sebagai catatan, aku paling malas bercakap-cakap dengan orang asing saat berada di perjalanan. Aku lebih suka tidur, atau membaca majalah/koran. Maka, aku langsung ambil posisi memejamkan mata begitu bus mulai meninggalkan terminal. Di terminal Tegal, bus biasanya berhenti agak lama. Orang yang duduk di sebelahku kemudian turun untuk beristirahat.

Ketika bus mulai berjalan lagi, dia mulai mengajakku ngobrol. Dan dia sangat keberatan aku panggil 'Pak' karena menurutnya dia masih muda. Aku minta maaf sambil cengar-cengir. Akhirnya dikeluarkannya KTP-nya dan aku bengong karena ternyata tahun lahirnya sama denganku. Ampyun! Bermutu, ya... alias bermuka tua. Tapi dia menebak umurku lebih muda empat tahun darinya, heuheu....

Mulailah dia bercerita, tentang darah Aceh-Batak dalam dirinya, tetapi lahir di Pulau Kalimantan. Bahwa dia senang merantau dan mendapatkan istri orang Magelang (saat itu dia sedang dalam perjalanan dari Magelang menuju Bogor). Bahwa dia lebih banyak dipanggil orang dengan nama anaknya, Prayoga, karena namanya sendiri susah dilafalkan (kembali dia menunjukkan KTP-nya untuk memperlihatkan namanya yang bermarga Batak). Bahwa dia sempat mondok di pesantren dan senang berziarah ke makam para syekh juga Wali Songo, serta ingin mengunjungi makam Sunan Gunung Jati di Cirebon kalau sempat. Saat bercerita, sikapnya sangat sopan, bahkan tidak sekalipun dia menatap langsung ke mataku.

Ketika bus hampir sampai di terminal Cirebon, dia meminta nomor HP-ku. Karena sepanjang jalan aku lumayan sibuk sms-ria dan ditelpon, aku tak bisa menghindar. Kupikir, toh orangnya baik dan sopan. Lagipula sepertinya dia memiliki keluarga kecil bahagia karena tak segan menceritakan anak istrinya kepadaku. Maka, kami bertukar nomor.

Mimpi buruk pun dimulai....

Awalnya, dia mengirim sms menjelang jam satu malam. Karena aku baru tidur jam setengah 12, jelas jam segitu lagi teler-telernya. Aku terbangun dan membaca sms itu sekilas, udah gitu langsung tepar lagi tanpa ngeh apa isinya. Tapi, firasatku mulai ga enak. Subuh, dia menelponku dan tak kuangkat karena kupikir, aneh aja aku telpon-telponan sama suami orang sepagi itu. Hingga aku berangkat ke kantor, sudah tercatat nomornya menelponku 7 kali.

Tiba di kantor, karena kesal, aku baca sms-nya keras-keras (di ruangan cuma ada Harun, yang lain lagi pada "kabur" dengan urusannya masing-masing). Isinya ternyata begini:

Asl ww,tiada kata seindah doa,begitulah kata orang bijak.aku tau mungkin tak pantas untuk mengatakan isi hatiku,tapi kalau blh aku jujur.km hadir tepat disaat hatiku sdg bimbang dan cemas.aku berharap keindahan itu jng pernah sirna dlm benak hatimu yg paling dalam.cinta itu indah,keindahan itu adalah anugrah,anugrah itu datang pada tiap insan manusia,maka jangan sampai kita lupa untuk mensyukurinya.aku baru saja berangkat dari terminal cirebon.smg adek mimpi yg indah,seindah bulan purnama,amin.wassalam.

What the heck? @#$%^&*()@#$%^&@#$%^&*

Kalo ga ada kursi dan meja, kayaknya Harun bakal ketawa guling-guling di lantai, deh.... Ini orang sakit apa, ya? Masa udah punya anak istri ngemeng begitu sama cewek lain? Yah, aku cuekin aja lah, mungkin dia cuma iseng.

Saat istirahat makan siang, dia kembali menelpon. Masih aku cuekin. Akhirnya dia sms lagi, bertanya apakah 'adek' sedang marah sama 'abang' (duh, plis jangan muntah :D) dan apa salah 'abang' hingga telponnya tak diangkat-angkat. Inilah balasan sms-ku:

Maaf bang, tapi bagi saya, menelpon perempuan yg br dknal subuh hari dg sms2 seperti itu tdk layak dlakukan lelaki yg telah beristri. Aku bnar2 tak suka.

Cukup jutek, kan? (Btw, ini satu-satunya sms yang aku kirimkan ke nomornya karena setelah itu aku cuekin lagi). Dia membalas dengan minta maaf, plus keterangan bahwa 'dalam agama tidak diharamkan beristri lebih dari satu'. Busetttt!!! Aku benar-benar bersyukur karena batere HP-ku ternyata habis dan aku lupa bawa charger :D

Malam hari, saat batere HP terisi penuh dan kuhidupkan kembali, eng... ing... eng... masuklah sms dia bertubi-tubi. Intinya mempertanyakan:
- Kalau 'abang' belum beristri, apakah 'adek' mau mencintai 'abang'? *langsung mual mules perih kembung* :D
- Kalau 'adek' ada di posisi 'abang', apa yang akan 'adek' lakukan? (periksa ke RSJ? :D)
- Kalau memang tidak termaafkan, 'abang' yang mengalah, mungkin kenangan kita cukup sampai di sini.

Agak tenang karena setelah sms-nya yang terakhir itu, dia berhenti. Eeeehh, ternyata masih berlanjut dengan 'tolong jangan menutup hati 'adek' buat 'abang'.... *garuk-garuk kepala*. Ga konsisten, nih orang! :D

Puncaknya, kemarin malam, dia kembali menyerangku dengan sms bertubi-tubi. Dari mulai pantun, peribahasa, rayuan gombel sampai do'a. Selama puluhan menit, hp-ku ga berhenti bergetar. Di sela-sela 'serangan' itu, aku menyempatkan sms temen-temen (termasuk juragan pupuk, hehe....) juga meng-sms kakakku, saking pusingnya mencari cara menghentikan orang aneh satu ini. Akhirnya, kakakku meminta nomornya. Dan entah apa yang dilakukannya, serangan orang gila itu akhirnya berhenti. Alhamdulillah....

Tengah malam, sebuah nomor asing mengucapkan 'happy new year' hingga dua kali. Sambil terkantuk-kantuk, aku bertanya padanya dalam bahasa Sunda, 'may i know who u are, please?'. Yang dijawabnya dengan nama 'Hendrix' dan ingin berkenalan. Tentunya tak kugubris dan kulanjutkan mengembara di pulau kasur. Ujung-ujungnya, nomor itu kembali mengirim pesan:

Ini nomorku yang lain. Tolong disimpan, ya, de.

*pengen pingsan ga bangun-bangun*

Owh... Em... Ji.... Here we go again....

Pelajaran yang diambil: jangan pernah memberikan nomor HP sama orang asing, sesopan apapun dan sebaik apapun tampilannya!

03 Januari 2010

Simply Happy

Semalam, saat ponakan-ponakanku telah tidur, aku 'melahap' film-film cewek :) Salah satunya Sex and the City the Movie. Tetehku agak mencibir karena menurutnya film itu tentang cewek-cewek suka ngerumpi :) Well, dia ga salah, sih... Tapi saat aku menonton salah satu episode serialnya, aku tahu perjalanan hidup empat sahabat (Carrie, Miranda, Charlotte dan Samantha) yang tertuang dalam cerita ini punya banyak hal untuk dipikirkan, ga cuma rumpian kosong belaka. Karena itulah aku tertarik menyewa film ini. Agak basi, ya, karena ini film udah lama rilisnya.

Ceritanya memang menarik (setidaknya untukku). Ada satu adegan di film ini yang membuatku tak bisa lupa. Di adegan ngerumpi itu, tiba-tiba tokoh Samantha bertanya kapan teman-temannya merasa bahagia. Tokoh Charlotte (yang polos dan merupakan karakter favoritku) langsung menyahut dengan mantap, "setiap hari." Para sahabatnya heran. Charlotte menjelaskan, "
memang tidak seharian, tapi setiap hari."

I love her statement!

Dan nyengir sendiri, karena aku pun pernah menuliskan bahwa kebahagiaan sebenarnya begitu sederhana. Saat aku kesulitan menyeberang jalan lalu seorang tukang parkir ramah membantuku menyetop mobil dan motor yang lalu lalang, aku bahagia karena masih ada yang peduli padaku. Saat seorang cewek berjilbab yang tak kukenal tersenyum tulus dan mengucapkan salam ketika berpapasan di jalan, aku juga bahagia. Begitu banyak hal yang bisa membuat kita berbahagia setiap hari.

Ah, kita kadang terlalu fokus pada kesedihan, juga kemarahan, kebencian dan hal-hal negatif lainnya hingga kebahagiaan itu menjadi terlupakan. Akibatnya, kita jadi lupa untuk bersyukur. Status FB isinya kebanyakan keluhan; dari mulai cuaca panas, hujan, mendung, nyindir orang, mengomel hingga caci maki. Owh, pantesan aja salah satu sahabat Rasululullah SAW pernah menyebut golongan orang-orang yang bersyukur sebagai 'golongan yang sedikit'.

Well, aku ingin (dan akan) menjadi seseorang yang tak pernah lupa untuk tersenyum dan berbahagia setiap hari. Aku ingin masuk ke dalam golongan elit kaum yang bersyukur. Tidak selalu mudah, tapi juga tidak susah :) Seperti yang pernah diucapkan Jeng Ucan kepadaku: beberapa orang berusaha mencari kebahagiaan, tapi beberapa lainnya menciptakan kebahagiaan mereka sendiri. Kalo kata orang Sunda mah,
if u can't find happiness, then make one! :) Hidup ini pendek, sangat sayang jika hanya diisi kemuraman. Maka, berbahagialah!

28 Desember 2009

Si Aneh yang Selalu Hepi!

Hola!!! (lagi seneng nyapa orang dengan kata ini, padahal jarang nonton Dora :D)

Aku lagi pengen membuka aib sendiri, heuheu.... Soalnya... well, kalo kamu mengenal seorang mida, kelihatannya sih biasa-biasa aja, padahal.... Ewwwwwhhh, banyak banget keanehanku yang kadang bikin aku merasa aneh (Nah, udah aneh, merasa aneh, jadi aneh kuadrat dunk!). Ini dia:

Suaraku kayak anak kecil

Apalagi kalo di telepon. Jaman sekolah dulu, sebelom HP jadi bawaan wajib, aku dan teman-teman sering ngerumpi pake telepon rumah. Pertama mendengar suaraku, biasanya mereka shock dulu, atau ketawa sampe sakit perut, soalnya katanya suaraku mirip boneka Susannya Ria Enes (btw, kemana dia sekarang, ya?). Aku sampe berusaha merekam suaraku sendiri dan terbengong-bengong karena hasilnya memang ajaib.

Kadang kalo iseng, aku suka mengaku 'adenya mida' kalo ada yang nelpon. Yang udah tahu aku anak bungsu sih langsung protes. Satu-satunya ade sepupu yang udah kuanggap ade sendiri tuh cowok (btw, band-nya dia lumayan keren, liat di sini deh...). Tapi, kalo yang ga tahu, ya percaya-percaya aja aku kerjain gitu, hehehe...

Aku ga bisa naik sepeda dan ga berminat untuk bisa

Terakhir kalinya aku punya sepeda, sepeda roda tiga buat balita :D. Sejak itu, mungkin karena ketiga kakakku masih sekolah lalu ketiganya kuliah dan jelas membutuhkan biaya banyak, ortu menganggap sepeda sebagai barang mewah yang tak perlu. Dan karena aku anak rumahan, jarang main keluar, aku juga tak pernah menginginkan sepeda. Yang kuinginkan cuma buku-buku cerita dan majalah (itupun biasanya dibelikan yang bekas), boneka cantik sejenis barbie (versi tiruannya, tentu) lengkap dengan baju-bajunya (yang dijahit mama atau tetehku dari kain-kain sisa, but they're awesome!) , berbagai macam kertas unik+lem kayu+bunga edelweis kering untuk membuat kartu-kartu ucapan, atau alat-alat menggambar. Semua barang itu bisa membuatku betah berkutat di kamar seharian. Untungnya, aku ga jadi autis, sih, hehe... alhamdulillah... Dan hingga detik ini, aku masih mikir, 'emang perlu, ya, belajar naik sepeda?'. Kalau emang perlu, sih, mungkin harus aku masukkan ke resolusi tahun 2010 ^_^.

Aku buta pohon

Ini baru aku sadari saat SMA. Bagiku hampir semua pohon itu kelihatannya sama (batang coklat-banyak daun ijo). Nah, waktu di SMA, pernah diadakan psikotes yang salah satu sesinya adalah menggambar pohon dikotil dan harus diberi keterangan nama pohonnya. Aku kebingungan, apa bedanya pohon mangga sama alpukat, atau rambutan, atau jambu, atau...? Aku hanya mengenali pohon yang memang bentuknya benar-benar berbeda, benar-benar spesifik (seperti pohon pisang, kelapa, cemara, dkk), atau kalau buahnya sudah terlihat, hehe.... Jadi aku sering gondok kalau ada yang bilang:

+"kosmu yang ada pohon mangganya, ya?" (euh, berbulan-bulan aku ngekos di situ baru tau ternyata itu pohon mangga)

+"rumahku yang ada pohon rambutannya" (nah, kalo tetangga-tetangganya punya pohon juga, aku pasti ga bakal bisa nemu rumahnya)

+"kalo udah berbuah, asik tuh" (aku harus berimajinasi kira-kira pohon itu akan menghasilkan buah apa)

Wah, payah, deh.... Pernah belajar mengenali pohon dari bentuk daunnya. Akhirnya aku hapal --bukan karena mengenali daunnya, tapi karena letaknya ^_^ (yang di depan rumah bu anu itu pohon A, yang deket masjid itu pohon B). Jadi begitu nemu pohon baru di tempat lain, wassalam aja.... Hehehe.... Ada yang tau cara "ngobatinnya"?

Aku suka nyasar

Ini, sih, kayanya ga terlalu aneh. Aku ga bisa cepat menghapal jalan atau arah. Harus berkali-kali lewat, baru 'ngeh'. Awal-awal aku di Cirebon, aku sering be-te kalo naik angkot. Angkot yang lewat sini cuma jalur GG. Kalo mau ke tempat lain yang tidak dilalui jalur GG, harus disambung. Masalahnya, angkot GG ini bisa melewati jalur-jalur tertentu by request (can u believe that???). Asal sopirnya mau dan penumpang lain tidak keberatan, ya okeh-okeh aja lewat mana pun juga. Jadi kalo hari ini angkotnya lewat pelabuhan dulu, kali lain bisa lewat stasiun, pasar pagi, grage, ya.... tergantung kebutuhan penumpang dan mood sopirnya aja. Aku jadi pusing. Tapi lama-lama hapal juga, sih, hehe.... Karena jalannya ternyata melingkar di situ-situ juga.

Eh, tapi ada pengecualian, sih.... Aku justru cepat hapal dengan letak dan arah toko-toko kalau lagi di Pasar Baru atau mal :D Jadi, saat belanja dengan kedua tetehku berburu pernak-pernik cewek, biasanya aku yang paling ingat jalan. Cuma, kalau tempatnya segede Mangga Dua, ga janji lah ya....

Aku senang minum air putih panas

Ini aneh, ga, sih? Soalnya aku belum pernah nemu orang dengan kesenangan yang sama. Bagiku, menyesap air putih panas (apalagi kalo cuaca lagi dingin) sama nikmatnya dengan menyesap teh atau kopi atau bandrek panas buatan Mimi. Rasanya menenangkan.... Dan tentu saja lebih aman buat lambung, hehe...

Aku senang udara panas

Tapi ga sepanas neraka dunk ya... (Na'udzubillah, deh). Maksudku, aku merasa lebih nyaman di udara panas daripada udara dingin. Diam di udara dingin tanpa kehangatan yang mencukupi (halah!) membuatku gelisah dan pengen nangis. Ini agak membingungkan karena aku belasan tahun hidup di Bandung yang adem. Bertahun-tahun kos di Jogja, kemudian di Cirebon yang panas, aku tak pernah punya kipas angin, apalagi AC. Di dekat kantor sebenarnya ada tempat kos yang dilengkapi AC dan TV dengan harga yang sama dengan kamarku sekarang (tapi ukuran kamarnya lebih kecil dan lokasinya masuk gang). Hampir semua pegawai kantor nge-kos di daerah itu. Cuma aku sama Winda aja yang alien, hehe....

Bagiku tak ada AC dan kipas angin tak masalah, asal kamarnya nyaman dan aku mendapatkan privasi yang kubutuhkan. Tambah lagi, dengan lokasi pinggir jalan utama yang strategis, kakak-kakakku dari luar kota bisa dengan mudah menemukan letaknya dan bisa parkir mobil di depan kos.

Tapi, aku harus latihan berada di udara dingin.... Soalnya kalo nanti bermukim di Eropa susah juga saat winter tiba. Apalagi kalo tinggalnya di London yang sering hujan dan berkabut, hehe... (hei, mimpi kan ga dosa!).

Udah dulu, ah... Eh, ini bukan keluhan, lho.... Meskipun aneh, tapi aku teteup hepi, koq! ^_^ Ada banyak kelebihan yang dianugerahkan-Nya padaku. Aku cuma pengen berbagi. Juga mana tau ada yang bisa kasih saran biar aku ga buta pohon lagi, misalnya. Ditunggu ya!

16 Desember 2009

(Bukan) Teman yang Baik

Bukankah tak ada manusia yang sempurna?

Dari ketidaksempurnaan inilah lahir sebuah kata bernama 'kritik'. Sebuah kata yang kadang menimbulkan perasaan bertolak belakang saat mendengarnya; rasa membutuhkan dan rasa membenci. Ya, kita memang membutuhkan kritikan agar bisa menjadi lebih baik. Dan ya, kita kadang tak siap mendengar keburukan-keburukan kita terungkap lewat 'pembacaan' orang lain.

Dan yang lebih lucu, kadang saat kita berbusa-busa mengatakan kritikan kita terhadap orang lain, kita lupa bercermin. Lupa melihat pada diri sendiri bahwa bukan hanya dia yang tidak sempurna, tapi kita juga. Ah, kenapa manusia diciptakan dengan settingan mudah menemukan sisi buruk dari segala sesuatu?

Aku baru membaca tulisan seseorang yang ditujukan untukku. Tulisan itu dibuat sudah lama, sebenarnya. Entah mengapa aku tak memperhatikan keberadaannya di inbox emailku. Selama beberapa waktu, emailku yang biasanya 'bersih' dari unread message, menjadi penuh gara-gara notifikasi dari si buku wajah. Dan karena koneksi internet lagi payah, aku jadi kian malas menghapus email-email itu.

Tapi tadi pagi, aku memutuskan melakukan pembersihan. Jadi, aku mengklik 'unread' dan melihat-lihat jika ada email yang perlu kubaca dulu sebelum kuhapus. Disanalah ia, terhimpit di antara notifikasi FB, adalah email dari seorang teman. Saat kubuka, awalnya masih biasa-biasa, tapi ujung-ujungnya.... owh, my good mood suddenly turned off.

Sederhana saja, dia mengungkapkan beberapa kekuranganku. Masalahnya, aku tidak merasa seperti yang dia gambarkan. Justru aku melihat gambaran itu pada dirinya. Aneh, kan? (Ah, bukan manusia namanya kalau tidak aneh). Yang aku tangkap (dia tak menuliskannya secara eksplisit, tentu saja), dia sering merasa sakit hati dengan sikapku. Dan memang sejak lama aku selalu merasa bahwa no matter what I do, I just can't get enough for you.

Apapun yang kulakukan, dia selalu melihat dari sisi lain dan akhirnya hal-hal yang tadinya kupikir 'those are what friends do' itu menjadi kebalikannya, menjadi sesuatu yang negatif. Aku sering tersentak dengan responnya. Dan berkali-kali berpikir, 'hey, aku ga bermaksud begitu!'. Dan capek rasanya kalau aku terus-menerus berusaha mendekat, meminta maaf atau memperlihatkan bahwa 'aku berusaha menjadi temanmu yang baik'. Sementara dalam hati akupun sering sakit hati dengan segala kritikannya.

Tapi, semua kekuranganku yang dia ungkapkan, menjadi bahan introspeksi bagiku. Inginnya aku memintanya melakukan introspeksi yang sama. Tapi kurasa, itu hanya akan memperburuk keadaan.

Untuk semua yang pernah terzhalimi oleh sifat-sifat burukku, aku minta maaf.... Kurasa aku perlu 'bercermin' dengan lebih baik lagi.

So, yeah.... I'm not a good friend. I'm not. But I've tried my best, really. If it's not enough, I'm sorry.... I can't be perfect. But then, you can't be either. I can accept it. Why can't you?

11 Desember 2009

Miss You, Riz....

It seems like yesterday when the first time i saw you....

Kau begitu cantik, mungil dan menggemaskan. Dengan kulit putih, bulu mata tebal dan lentik serta luar biasa cerewet (meskipun kata-katanya tidak dimengerti manusia dewasa ^_^), kau membuat jatuh cinta setiap orang yang melihatmu.

"Mbak Midaaa...!" Adalah kata-kata penuh semangat yang selalu kau teriakkan setiap kali kita bertemu. Di belakang, Dimdim, adikmu, berusaha mengikuti dengan berteriak, "Bida...bidaaaa...!". Matamu membulat dengan mulut mungil berceloteh lucu. Dan kita akan bermain, membuat para orang tua geleng-geleng kepala dengan keonaran yang kita buat, meninggalkan ruang demi ruang dalam keadaan berantakan sambil berkejaran riang gembira.

Secara silsilah, kau harusnya memanggilku 'tante'. Tapi, jarak umur yang tak jauh membuatmu lebih senang memanggilku 'mbak'. Dan siapa yang tak bangga diakui kakak oleh seseorang yang begitu cantik dan cerdas sepertimu? Meski, dengan perbedaan warna kulit yang seperti kue lapis (lapisan putih-milikmu; lapisan coklat tua-milikku), orang-orang sering menyangsikan bahwa kita bersaudara. Ah, jangankan denganmu, di keluargaku memang akulah anak perempuan dengan kulit tergelap dengan rambut bergelombang, sementara yang lain berambut lurus mulus seperti rambutmu. Papa dan Mama sering setengah mengejek, bahwa aku merupakan tiruan almarhumah nenek buyut (yang hidungnya pun -jika dilihat dari samping- konon tidak rata seperti hidungku, tapi bedanya punya almarhumah lebih mancung, hehe...).

Semakin beranjak besar, semakin jarang pertemuan kita, hanya terjadi di masa-masa libur sekolah. Tapi, itu tak pernah mengurangi keakraban yang ada. Diramaikan oleh Dimdim yang selalu berusaha mengikuti apapun yang kita lakukan. Begitu ceria, begitu menyenangkan. Pikirku, keceriaan ini takkan habis hingga kita tua.

Hingga kudengar kabar bahwa orang tuamu mengirimmu ke benua lain untuk melanjutkan sekolah. Astaga, kau bahkan baru kelas satu SMP, dan kau dilepaskan sendirian di negeri orang! Antara ngeri dan antusias dengan pengalaman baru, aku sering memikirkan keberadaanmu di sana. Seperti apa teman-temanmu? Apa yang kau makan di sana? Rindukah engkau pada rumah? Kabar-kabar tentang keberhasilanmu menjadi obat pertanyaan-pertanyaan kangenku. Kau ternyata berbakat di bidang seni, hingga salah satu lukisanmu dipajang di museum lokal di sana.

Pertemuan kita yang terakhir adalah saat kau lulus senior high, beberapa bulan sebelum aku mengundurkan diri dari kampusku yang lama dan memutuskan pindah ke Jogja. Aku ingat dengan kecanggungan yang tercipta saat malam itu kita duduk diam berdua di depan televisi, menonton acara musik. Benakku berputar-putar berusaha mencari bahan obrolan. Tapi, kita seolah telah berada di dua dunia yang begitu berbeda. Hanya beberapa kalimat yang terucapkan hingga aku memutuskan tidur lebih awal dengan menyimpan kekecewaan.

Sekarang.... Kau benar-benar menjadi asing bagiku. Bertahun-tahun aku kehilangan kontak denganmu. Saat seorang sepupu memperlihatkan fotomu, ah, kau telah menjelma menjadi perempuan dewasa yang begitu cantik. Dengan badan bongsor (seperti ayahmu), kulit putih dan rambut panjang dicat merah, kau bahkan lebih cantik dari semua wanita bule yang ada dalam fotomu. Mama bilang kau seperti fotomodel.

Dan kau kini kesulitan berbahasa Indonesia.

Aku berusaha mencari jejakmu di Google, Friendster dan Facebook. Kuketikkan nama lengkapmu, tapi selalu nihil. Terakhir, aku kembali iseng mencarimu. Lalu muncullah namamu di linked-in. Sebuah situs yang menghubungkan para pekerja profesional di seluruh dunia. Order Management at Reuters, Sidney based area adalah yang tertulis sebagai jabatan pekerjaanmu. Kau yang selalu hebat, tentu saja. Aku bangga padamu.

Beberapa waktu yang lalu, saat aku ke Jakarta menemui salah satu tante kesayanganmu, aku mendengar kabar tentangmu. Bahwa minum wine telah menjadi bagian dari gaya hidupmu. Bahwa baju-baju minim bahan, telah membuatmu merasa cantik. Bahwa bagimu, pergi haji ke Mekkah tak ada gunanya dibandingkan pergi berlibur keliling Eropa. Bahwa tiap orang harus mengurus urusannya sendiri dan tak perlu memikirkan masalah orang lain.

Masya Allah.... Sesuatu di sudut hatiku begitu sakit dan sedih. Aku tak rela kehilanganmu dan lebih tak rela mengetahui kau telah kehilangan agamamu. Ketika aku menemukan akun facebook-mu melalui profil seorang ponakan, aku memandang fotomu. Kau telah memotong rambutmu menjadi lebih pendek. Lucunya, aku memang selalu mengingatmu dengan gaya rambut seperti itu. Lalu kata demi kata kutuliskan dalam message, sambil membayangkan dirimu saat kecil dulu meneriakkan namaku dengan semangat. Dan begitu aneh rasanya karena sekarang aku harus 'berbicara' padamu dalam bahasa asing dengan grammar yang mungkin acak-acakan. Menanyakan kabarmu, dan bolehkah aku menambahkanmu di daftar pertemananku.

Hingga hari ini kau tak pernah membalasnya. Mungkin kau sibuk karena pekerjaanmu membuatmu sering bepergian antarnegara. Mungkin inbox-mu terlalu penuh hingga pesanku terkubur di dalamnya. Mungkin kau sedang mengingat-ingat tentang aku hingga kau memutuskan untuk menunda membalasnya. Atau mungkin, aku yang tak ada apa-apanya ini telah terhapus dari memorimu yang dipenuhi hal-hal lebih penting.

Ah, Riz.... Meskipun kau telah melupakanku dan menjalani peran asing yang sama sekali tak menyentuh kehidupanku, Tuhan Maha Tahu, aku selalu sayang dan bangga padamu....