Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

27 Februari 2009

Dasar Males...


Seminggu ini aku telat masuk kerja terus. Malesnya lagi gila-gilaan (emang biasanya nggak? :p). Aku bahkan menyalahkan jam mejaku, abisnya entah bel masuk (yang bunyinya-nggak-banget, mirip peringatan ada serangan udara di zaman perang dunia) dipencet petugasnya makin cepet, atau jam mejaku yang makin lambat kehabisan energi baterai. Sekarang bel masuk itu terdengar setiap pk. 06.47, bukan pk. 07.00 seperti seharusnya.

Hari ini aku juga telat lagi, tapi berhubung hari Jum'at pagi di komplek perkantoran ada kegiatan aerobik, masuknya lebih lambat. Tetep aja... masuk jam 07.30, keluar dari kos jam 07.25. Bheuuu... padahal mau beli nasi kuning dulu buat sarapan.


Di seberang kos ada penjual nasi kuning yang baru buka beberapa minggu. Nasi kuningnya lebih dikit tapi bumbunya lebih terasa. Enak, lho! Tapi satuuuuu aja yang bikin aku suka gemes, si Ibu penjual nasi kuningnya seolah bergerak dengan slow motion. Beneran, deh! Gerakan tangannya yang berpindah-pindah dari mengambil nasi kuning, kering tempe, dll sampai terakhir telur balado, kayak terjadi dalam waktu jutaan tahun (hehe... terlalu hiperbolik, siy... ^_^). Apalagi buat yang lagi telat kayak aku, duh... duh...! Gemesss.... pengen ngebantuin ngambilin aja, tapi takut ibu penjualnya malah ngamuk, akhirnya bukan dapet sarapan enak malah dilemparin sambal, hehehe... Ga, ding, penjualnya bae koq ^_^


Hwah... Hari Jum'at.... Semangatnya udah libur duluan nih....

16 Februari 2009

Glam Girls


Akhir-akhir ini jadi baca buku remaja terus, hehe... (ga apa-apa, ah, biar awet muda *ngeles*). Untuk buku ini, aku cuma penasaran dengan genre clique-lit yang diusung gagasmedia. Apa, sih, clique-lit? Ya pastinya ada hubungannya dengan kata clique dunk... Ga usah terlalu ilmiah dah, cukup liat di linguist, kata clique itu berarti kelompok atau golongan kecil.

Jujur, tadinya aku takut kecewa sama novel ini, soalnya sebelumnya aku sempet ga puas waktu baca buku Nina Ardianti lainnya yang berjudul Simple Lie. Entah kenapa, ga sreg aja mengikuti ceritanya. Tapi di buku ini, Nina bener-bener beda! Gaya berceritanya asik dan segar. Ngingetin aku sama buku yang suka aku baca jaman muda dulu (hehe...), kalo ga salah serialnya Girl's Talk.

Di buku ini, dengan menggunakan sudut pandang pertama, cerita dituturkan dari tokoh Adrianna. Ia gadis pintar dan bersekolah di international school yang notabene murid-muridnya berasal dari kalangan atas. Ad, nama panggilannya, termasuk kaya juga (iya lah, secara mobilnya Camry pake sopir pula), namun dibanding trio Rashi-Maybella-Marion yang super-tajir, super-modis dan super-cantik, Ad dikategorikan sebagai 'gadis biasa-biasa' saja di sekolah itu.

Ad sama sekali ga keberatan dengan status 'biasa-biasa'-nya dan ia juga ga ambil pusing dengan keberadaan trio clique elit yang -bahkan di luar sekolah pun- sangat populer itu. Tapi ia mulai jengkel ketika harus satu kelompok dengan Rashi dan Maybella di mata pelajaran Indonesian Studies. Di matanya, kedua cewek itu hanya mementingkan penampilan daripada otak. Mau tak mau, Ad harus memaksa mereka mengerjakan project paper itu. Ketika Marion ternyata bermasalah dengan Rashi, tak dinyana Ad mulai dilibatkan dalam acara-acara Rashi dan Maybella, sehingga ia dianggap sebagai sidekick pengganti Marion. Ad mulai bimbang karena ternyata ia mulai berubah. Tak hanya pakaiannya yang menjadi lebih modis, tapi nilainya pun jadi berantakan. Ia harus menentukan pilihannya, nilai atau style?

PS. Cuma pikiran iseng ajah, ada ga ya buku clique-lit yang settingnya lingkungan elit (baca: ekonomi sulit) kaya aku? Hehe...

Aku Tak Bisa Berpuisi....

Jika kau tak bisa menghindari sesuatu dengan berbalik lalu berlari, bukankah kau tak punya pilihan selain menghadapi?
Meski hati menjerit, kau harus tegak berdiri
Menantangnya dengan berani

Entah di mana cerita akan berujung
Raga yang lebur atau jiwa yang mati
Permainan yang telah kau mulai, harus kau akhiri

You may not always end up where you were going,
but you will always end up where you were meant to be.


Hiks... lagi 'mendung'....

13 Februari 2009

Buku Ehm...


Tiap kali liat buku ini nangkring di rak toko buku, aku pengen nyengir sendiri... Bukan, tentunya bukan karena aku dah sinting (meskipun kalo lagi stres aku curiga otakku emang rada ga beres), bukan pula gara-gara mau valentine (emang penting yah ngerayain hari kaya gini? :p), tapi karena.... mmm... buku ini begitu familiar, kayak pernah liat dimanaaa gitu... lucu ajah ^_^

Winda sampe membaca beberapa halaman buku ini keras-keras di depanku sambil ga henti-hentinya cekikikan sambil curi-curi pandang ke arahku *halah, didramatisir, heuheu...* Aku pura-pura ga denger sambil mata melototin buku Amulet of Samarkand, padahal aslinya siy udah pengen ngumpet ke kolong kasur, tempat kecoa-kecoa suka pada mati secara misterius. Tapi ujung-ujungnya dia memberiku kehormatan dengan menawarkan diri menjadi 'penyampai pesan' untukku (uh, so sweet.... *tolong jangan muntah,Win!*), wkakakaka....

Emang buku ini kenapa?
Ga pa pa, koq, dia baik-baik aja... ^_^
Tapi kalo pengen tau kenapa aku 'agak bermasalah' dengan buku satu ini... mmm... baca sendiri aja deh! :p

Btw, akhirnyaaaa... buku Brisingr nongol juga tanggal 26 Februari ini. Udah ga sabar baca lanjutan petualangan naga-naga dan para penunggangnya! Tapi lanjutan film-nya yang Eldest koq belom ada yah?

Terus... terus... kemaren gara-gara masih ga hafal (menurut EYD yang bener 'hafal' atau 'hapal'? Penting yah, dibahas? Penting dunk kalo buat penulis, meskipun kastanya masih rendah kaya aku, heheh... *Nanya sendiri, jawab sendiri, orang aneh...*) rute angkot, aku nyasar ke gramedia. Ternyata buku kedua Bartimaeus Trilogy stoknya kosong, hiks.... Anggaran buat beli buku bulan depan jadi naik drastis deh....

Chocoluv


Kesan pertama liat novel ini: tipis banget! ^_^ Tapi desain sampulnya yang cute membuatku memutuskan membeli buku ini.

Bercerita tentang seorang gadis bernama Rere: masih kuliah, plin-plan banget, pecinta sepatu, punya pacar yang nearly perfect (ganteng, sabar, setia, pengertian), dan punya dua orang sahabat yang oke. Konflik dimulai saat Rere melupakan hari ulang tahun pacarnya. Padahal dia juga pengen banget beli sepatu. Dan ketika mantannya yang menyebalkan tiba-tiba masuk lagi dalam kehidupannya, ditambah pacar sang mantan yang ternyata artis cantik pendatang baru, Rere merasa hidupnya tiba-tiba kacau. Ending-nya biasa, cerita yang disodorkan terasa begitu ringan dan tidak membutuhkan semedi jungkir balik untuk menamatkannya ^_^

Maaf, ya, Teh Ninit... mungkin emang aku juga yang salah. Soalnya, buku ini ternyata bukan buat yang 'berusia lanjut' sepertiku *halah* wkakakaka.... Jujur, ya, Teh, aku agak 'terganggu' oleh dua hal. Pertama, Rere yang maniak sepatu mengingatkanku pada tokoh chicklit 'luar', seperti seri Shopaholic dan In Her Shoes. Kedua (ini mungkin tidak terhindarkan karena tuntutan sponsor), penyebutan es krim chocoluv yang rasanya agak dipaksakan demi kepentingan iklan. Oh, ayolah, Teh.... I know you can do much much better than this!

Ok, Teh Ninit... ditunggu karyanya yang berikut ya!!! Luv ya! ^_^

*SKSD banget siy, heuheu....*

12 Februari 2009

Kangen Ngopi....



Rasanya udah berabad-abad sejak terakhir kali aku minum kopi, hiks.... Sejak pertengahan tahun lalu, lambungku tiba-tiba jadi sensi dan manja. Padahal, biasanya direcokin sama sambal ijo nasi padang atau sambal buatan Ecko (duh, Ko, kangen sambal buatanmu!), ditambah dua gelas kopi tiap hari juga oke-oke aja.

Pulang dari resepsi pernikahan Jeng Sari, aku sampai ambruk di rumah teteh di Pekalongan. Kupikir karena masuk angin dan kecapekan, soalnya aku menempuh rute (emang angkot! :D) Jogja-Pekalongan-Bandung trus balik lagi ke Pekalongan ke acara Jeng Sari. Besoknya cabut lagi nemenin ponakan-ponakan maen ke Bogor.

Tapi, sejak itu tubuhku jadi rewel. Tiap aku minum kopi dan tiap telat makan rasanya limbung. Yang paling ga nahan nyut-nyut di kepala, duh.... Akhirnya aku kurangin minum kopi. Biasanya paling ga bisa kalo sehari ga ngopi, inget terus sama aromanya yang mmmmhhh.... :p

Nah, apalagi sejak sakit kemarin, praktis hampir sebulan aku berusaha melupakan secangkir candu itu. Kalo di kantor ada yang menyeduh, menghirup aromanya aja udah bikin aku sakit hati, apalagi berusaha menahan diri untuk ga ikut-ikutan bikin, rasanya pengen nangis darah... (ga, deng, ga segitunya, hehe...).

Berbungkus-bungkus Cappuccino instan di kos pun terpaksa aku cuekin. Meskipun udah berusaha diganti teh atau coklat, tetep aja kangen.... Rasanya tuh bungkus kopi melambai-lambai terus pengen dibuka, diseduh, dan dinikmati *halah*. Sekaliiiii aja, pikirku, kayaknya ga apa-apa, deh.... Tapi membayangkan obat-obat yang harus kutelan, ditambah repotnya orang-orang tercinta saat aku sakit, plus biaya rumah sakit yang harus dikeluarkan, bheuuuu.... Ampuh banget untuk menolak godaan teramat sangat berat itu.

Gimana, ya, caranya biar bisa ngopi lagi? Hiks....

11 Februari 2009

To Kill A Mocking Bird


Coba liat covernya yang keren! Maksudku bukan dari segi desainnya (meskipun bagus juga dan 'kena' banget), tapi dari tulisan-tulisan yang menghiasinya: Pulitzer Prize Winning For Fiction, Guinness Book of World Records sebagai novel terlaris sepanjang masa, plus penghargaan Presidential Medal of Freedom 2007 untuk pengarangnya. Gile... impian semua penulis banget, tuh!

Dengan mengusung tema 'berat' berbau rasial, kisah di novel ini menjadi unik karena dituturkan melalui sudut pandang seorang gadis kecil berusia delapan tahun. Kita akan diajak menyelami pikirannya yang polos, sederhana, namun kadang mencengangkan karena bermakna begitu dalam. Dibimbing oleh Atticus Finch, ayahnya yang bijak dan berpikiran maju serta Jem, kakak laki-laki semata wayang yang tengah beranjak remaja, gadis kecil bernama Jean Louise Finch (atau biasa dipanggil Scout) ini 'berusaha' memahami kehidupan melalui interaksinya dengan beragam karakter orang-orang di sekelilingnya.

Ada karakter Calpurnia, koki keluarga Scout yang berkulit hitam, Mrs. Henry Lafayette Dubose yang sudah tua dan berlidah setajam silet *halah*, ada si biang gosip Miss Stephanie Crawford, juga Miss Rachel dan ponakannya, Dill, seorang anak laki-laki hampir sebaya Scout yang akan datang setiap liburan musim panas tiba. Namun yang paling aneh adalah tetangga Scout yang tinggal di Radley Place. Keluarga Radley jarang terlihat keluar rumah hingga anak-anak ketakutan setiap lewat depan rumahnya. Konon, salah satu anak Radley ada yang dikurung di ruangan bawah tanah dan menjadi gila.

Tekanan dan cercaan terhadap Scout dan keluarganya dimulai saat Atticus, sebagai pengacara, membela seorang kulit hitam yang dituduh (maaf) memperkosa wanita kulit putih. Beberapa mendukung, tetapi lebih banyak yang menentang, bahkan ingin mencelakai keluarga Finch. Namun, dengan adanya masalah ini, Scout yang pemarah justru belajar menjadi lebih sabar dan tegar. Dan kita, sebagai pembaca, seolah-olah dibimbing secara halus untuk lebih memahami dan menerima perbedaan karakter manusia dengan segala problematika yang terjadi dalam kehidupannya.

Kisah dalam novel ini nggak seberat keliatannya koq ^_^ Penuturannya mengalir lancar dan kadang kepolosan Scout membuat kita tersenyum. Fakta dan 'dongeng' sejarah dalam buku ini juga mempermudah kita membayangkan situasi di Alabama saat itu. Buku bagus buat dikoleksi!