We shall build good ships here.
At a profit - if we can.
At a loss - if we must.
But always good ships.
Bait kata penuh tekad di atas diucapkan oleh Collis Potter Huntington (1821 – 1900), ‘raja kapal’ Amerika yang terkenal di masanya. Namun, jauh sebelum Collis Huntington lahir, bangsa Belanda telah membangun kapal-kapal tangguh untuk mengarungi dunia dengan teknologi seadanya.
Dokumen-dokumen dari abad ke-17 menjadi saksi sejarah tertulisnya ketangguhan armada kapal Belanda. Bahkan Spanyol, yang sedang berperang dengan Belanda, tak bisa mengusir kapal-kapal Belanda dari pelabuhannya sendiri karena mereka sangat bergantung pada pasokan padi-padian yang dibawa kapal-kapal itu dari wilayah Baltik.
Majunya ekonomi negara kecil bernama Belanda ini mungkin membuat kita bertanya, apa sih yang dimiliki mereka? Cadangan minyak berlimpah? Tanah luas yang subur dengan aneka ragam hasil bumi? Laut yang kaya? Ah, jika dibandingkan, kita memiliki semua kandungan berharga itu dalam jumlah lebih banyak. Lalu mengapa Belanda bisa menjadi sebuah bangsa yang besar dan makmur?
Kurasa, kekayaan sejatinya memang tidak berasal dari dalam bumi, melainkan tertanam di dalam diri manusianya.
Sejak dahulu, mereka adalah bangsa petualang. Tidak semua orang mendapatkan kehormatan seperti ini. Dibutuhkan karakter kompleks untuk menjadi seseorang yang berani menjelajahi bumi, bahkan sebelum mereka tahu apa yang akan dihadapi di depan. Keberanian, ketangguhan, kecerdasan dan bahkan kesabaran merupakan sebagian karakter yang harus dimiliki.
Semangat negeri kecil yang cantik ini tergambar dalam kisah sebuah kapal bernama The Duyfken (berasal dari kata Duifken atau Duijfken yang berarti merpati kecil). Kapal yang dibangun sekitar tahun 1595 ini dirancang untuk berlayar ribuan mil jauhnya menuju negeri rempah-rempah yang kelak bernama Indonesia.
Namun, tidak seperti kapal layar lain seperti galleon milik bangsa Spanyol atau Portugis yang berukuran besar, Duyfken – dengan berat 110 ton, panjang 65.4 ft (19.9 m) dan lebar 19.7 ft (6 m) - merupakan kapal kecil yang cepat untuk ukuran kargo sekelasnya, dirancang mampu berlayar di perairan dangkal dan dilengkapi persenjataan ringan berupa 8 buah meriam.
Dibangun dengan metode plank-first, yaitu pemasangan papan kayu dilakukan sebelum adanya kerangka yang akan membentuk lambung kapal. Metode ini dianggap ketinggalan zaman dan merupakan kebalikan dari frame-first yang sedang populer pada saat itu. Namun orang Belanda, tidak terpengaruh oleh trend baru pembuatan kapal, berinovasi dengan cara pemasangan papan yang lebih baik dan lebih ekonomis tanpa harus mendobrak tradisinya. Metode ini membebaskan mereka untuk membentuk kapal yang menurut mereka paling bagus tanpa harus dibatasi oleh rancangan gambar.
Replika The Duyfken juga dibuat dengan cara plank-first
Meskipun kecil dan dibangun dengan cara sederhana, namun jangan pernah meremehkan kapal Duyfken. Setelah tahun 1596 sukses mengarungi samudera dan tiba di wilayah Indonesia, tahun 1601, kapal di bawah pimpinan Kapten Willem Cornelisz Schouten ini kembali berlayar dari kota Texel, Belanda, menuju Bantam (kini Banten) bergabung dengan armada Moluccan. Armada yang terdiri dari 5 kapal termasuk Duyfken, berhasil mengalahkan 30 kapal milik armada Portugis dan mengakhiri dominasi bangsa Iberia (Portugis-Spanyol) di jalur perdagangan rempah-rempah Eropa.
Setelah bergabung dengan VOC di Hindia Belanda, kapal The Duyfken ditugaskan untuk mencari negara-negara yang terletak lebih jauh di timur dan selatan untuk memperluas perdagangan. Tahun 1605, di bawah pimpinan Kapten Willem Janszoon, kapal ini bertolak dari Bantam menuju Banda, dilanjutkan ke Kepulauan Kei lalu menyusuri bagian selatan Papua Nugini. Di bagian timur, Janszoon kemudian membawa The Duyfken menyeberangi Laut Arafura tanpa menyadari adanya Selat Torres (selat ini memang dinamai Torres dari Luiz Vaez de Torres yang melakukan ekspedisi ke wilayah ini di tahun yang sama, namun nyatanya The Duyfken telah mencapai selat ini bulan Maret 1606, beberapa minggu lebih awal dibanding Torres) . Mereka tiba di Tanjung Carpentaria, memasuki Sungai Pennefather pada tanggal 26 Februari 1606 dan mencapai bagian barat sebuah tanjung yang kelak dinamakan Cape York of Peninsula oleh James Cook.
Apakah kau tahu di mana letak tanjung ini?
Australia!
Ya! The Duyfken digoreskan dalam sejarah dunia sebagai kapal Eropa pertama yang menemukan sebuah benua baru bernama Australia. Meskipun sang kapten sama sekali tidak menyadari hal itu, karena ia mengira daratan yang ditemukannya masih merupakan bagian dari Papua Nugini. Namun, catatan yang dibuat kapal ini membuat Letnan James Cook dengan kapal HM Bark Endeavour-nya yang legendaris tak berhak menyandang gelar sebagai orang Eropa pertama yang tiba di Australia karena ia terlambat 164 tahun dari The Duyfken(!).
Si ‘Merpati Kecil’ pembuat sejarah dunia ini hanya sebuah contoh dari majunya industri perkapalan Belanda. Hingga kini, Belanda masih tercatat sebagai salah satu pembuat kapal terbaik, terutama untuk produksi kapal-kapal yacht yang mewah. Salah satu inovasi yang dibuat Belanda akhir-akhir ini adalah tugboat (kapal kecil untuk mengarahkan kapal lebih besar dengan cara menarik atau mendorong) yang diberi nama Carrousel Tug, pemenang Maritim Innovation Award di ajang Dutch Maritime Innovation Awards Gala tahun 2006.
Teramat banyak yang bisa dipelajari dari Koninkrijk der Nederlanden ini, apalagi karena negara kita tercinta juga merupakan negara maritim. Di atas tanah kerajaan ini berdiri universitas-universitas terbaik dunia. Reputasi Universitas Utrecht, Universitas Amsterdam, Universitas Teknik Delft dan banyak universitas lainnya telah terjaga baik hingga ratusan tahun. Di sanalah para ilmuwan terkenal dunia pernah mendapatkan ‘kursi’-nya – baik sebagai pelajar, pengajar atau peneliti.
Belanda bagaikan sebuah rumah yang menawarkan kehangatan, kenyamanan dan banyak ilmu untuk dibagi. Dan pintu-pintu mereka akan selalu terbuka lebar, menyambut ramah para ‘petualang’ asing dari negeri lain yang haus akan pengetahuan. Apakah kamu salah satu dari calon petualang itu?
Referensi:
http://www.duyfken.com/