Bukankah tak ada manusia yang sempurna?
Dari ketidaksempurnaan inilah lahir sebuah kata bernama 'kritik'. Sebuah kata yang kadang menimbulkan perasaan bertolak belakang saat mendengarnya; rasa membutuhkan dan rasa membenci. Ya, kita memang membutuhkan kritikan agar bisa menjadi lebih baik. Dan ya, kita kadang tak siap mendengar keburukan-keburukan kita terungkap lewat 'pembacaan' orang lain.
Dan yang lebih lucu, kadang saat kita berbusa-busa mengatakan kritikan kita terhadap orang lain, kita lupa bercermin. Lupa melihat pada diri sendiri bahwa bukan hanya dia yang tidak sempurna, tapi kita juga. Ah, kenapa manusia diciptakan dengan settingan mudah menemukan sisi buruk dari segala sesuatu?
Aku baru membaca tulisan seseorang yang ditujukan untukku. Tulisan itu dibuat sudah lama, sebenarnya. Entah mengapa aku tak memperhatikan keberadaannya di inbox emailku. Selama beberapa waktu, emailku yang biasanya 'bersih' dari unread message, menjadi penuh gara-gara notifikasi dari si buku wajah. Dan karena koneksi internet lagi payah, aku jadi kian malas menghapus email-email itu.
Tapi tadi pagi, aku memutuskan melakukan pembersihan. Jadi, aku mengklik 'unread' dan melihat-lihat jika ada email yang perlu kubaca dulu sebelum kuhapus. Disanalah ia, terhimpit di antara notifikasi FB, adalah email dari seorang teman. Saat kubuka, awalnya masih biasa-biasa, tapi ujung-ujungnya.... owh, my good mood suddenly turned off.
Sederhana saja, dia mengungkapkan beberapa kekuranganku. Masalahnya, aku tidak merasa seperti yang dia gambarkan. Justru aku melihat gambaran itu pada dirinya. Aneh, kan? (Ah, bukan manusia namanya kalau tidak aneh). Yang aku tangkap (dia tak menuliskannya secara eksplisit, tentu saja), dia sering merasa sakit hati dengan sikapku. Dan memang sejak lama aku selalu merasa bahwa no matter what I do, I just can't get enough for you.
Apapun yang kulakukan, dia selalu melihat dari sisi lain dan akhirnya hal-hal yang tadinya kupikir 'those are what friends do' itu menjadi kebalikannya, menjadi sesuatu yang negatif. Aku sering tersentak dengan responnya. Dan berkali-kali berpikir, 'hey, aku ga bermaksud begitu!'. Dan capek rasanya kalau aku terus-menerus berusaha mendekat, meminta maaf atau memperlihatkan bahwa 'aku berusaha menjadi temanmu yang baik'. Sementara dalam hati akupun sering sakit hati dengan segala kritikannya.
Tapi, semua kekuranganku yang dia ungkapkan, menjadi bahan introspeksi bagiku. Inginnya aku memintanya melakukan introspeksi yang sama. Tapi kurasa, itu hanya akan memperburuk keadaan.
Untuk semua yang pernah terzhalimi oleh sifat-sifat burukku, aku minta maaf.... Kurasa aku perlu 'bercermin' dengan lebih baik lagi.
So, yeah.... I'm not a good friend. I'm not. But I've tried my best, really. If it's not enough, I'm sorry.... I can't be perfect. But then, you can't be either. I can accept it. Why can't you?
...
BalasHapusYg ku tau temen baek itu bisa saling mengerti dan memahami..
...
Kalo kritiknya membangun ya ditrima saja, berarti tanda perhatian..
Kalo kritik menjelekkan ya, biarkan anjing menggonggong mida tetap berlalu..
He..he..
:-D
...
Anjing menggonggong, mida tetap mengeong *garuk-garuk kuping pake kaki belakang* hehehehe....
BalasHapuswaduuuh... serem amat sih mid tulisannya?
BalasHapusnamanya kritikan dari teman itu emang ga enak banget, tp ya itulah yang orang lain lihat dg diri kita
hehehe.. btw bukan kritikan dari aq kan? waks! klo iya, ampuuuun... maaph banget n peace...jgn marah, jgn ngambek, coz u're 1 of my best friend. oKeh?
u're 1 of my best friend too, mbak mutee! mmuah... mmuah... ^_^v
BalasHapussaling memafkan aja,,
BalasHapusiya tho.,.,.,.
Yup, Aziz, sepakat!! ^_^
BalasHapus