Kemarin Mimi bertanya padaku, "Milih mana, Nok, cinta atau sayang?"
Tanpa pikir panjang, aku menyahut, "Sayang!"
Mimi mengangguk. Sebenarnya aku sudah tahu alasannya, tapi tetap kutanyakan lagi, hanya untuk menghilangkan rasa penasaran, "Emang bedanya di mana, Mi?"
"Cinta itu bisa habis," jawab Mimi dengan mata menatap ke kejauhan. "Daripada cakep tapi cintanya cepat habis, mending yang jelek tapi sayang...." Aku terkekeh mendengarnya. Ya, aku telah belajar, jauh sebelum aku bertemu dengan sosok ibu yang kupanggil Mimi, bahwa cinta memang bisa luntur dan akhirnya habis. Tapi rasa sayang, menurutku, nyaris tak berbatas dan abadi....
Kisah cinta Mimi adalah salah satu buktinya. Suami pertama Mimi meninggal karena kecelakaan, beberapa hari setelah Mimi melahirkan putra pertama mereka. Aku membayangkan (biassaaa... drama queen gitu loh! Hehe...), Mimi muda pastilah amat menderita karena tiba-tiba kehilangan 'pegangan'. Hampir seluruh harta benda diambil oleh pihak keluarga almarhum suaminya (yang menurut Mimi memang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka), padahal bayi yang baru lahir jelas membutuhkan biaya banyak. Untunglah masih ada simpanan kalung yang tersisa. Dengan modal itulah Mimi berjualan rujak.
Ternyata datang seorang laki-laki yang menyayangi Mimi dan putranya. Mulanya Mimi tak memiliki perasaan apapun padanya. Namun, kebaikan hati laki-laki itu meluluhkan hati Mimi, dan itu bukanlah cinta. Semuanya berawal dari rasa iba yang tumbuh menjadi sayang. Lihatlah, pernikahan mereka tetap awet hingga usia senja. "Kayak kakak-ade," tambah Mimi tersenyum.
Sedangkan pasangan yang mulanya dilanda cinta menggebu, dalam hitungan tahun, bahkan mungkin bulan, tiba-tiba berpisah seolah perasaan berbunga-bunga yang dulu pernah ada menguap begitu saja tanpa jejak.
Iya, cinta akan mempermanis sebuah hubungan, tentu saja. Hampir semua pasangan yang ada di dunia mengawali kisahnya dengan rasa cinta dan itu sungguh indah. Tapi, lagi-lagi menurutku, perekatnya adalah sayang. Dengan rasa sayang, setiap pasangan akan bertahan, menerima, memaafkan dan menumbuhkan lagi kebahagiaan. Di atas kebahagiaan itu akan tersemai kembali rasa cinta. Ketika cinta mulai jenuh dan membeku, rasa sayanglah yang akan membuatnya kembali penuh dan hangat.
Andai saja... Andai saja ada seseorang yang mampu mencintaiku dan mengikatku dengan rasa sayang seperti itu. Dan andai aku mampu mencintai dan menyayanginya dengan cara yang sama...
Sudahkah kalian menemukannya? :)
Sumber foto: lupa, euy! :D
Tanpa pikir panjang, aku menyahut, "Sayang!"
Mimi mengangguk. Sebenarnya aku sudah tahu alasannya, tapi tetap kutanyakan lagi, hanya untuk menghilangkan rasa penasaran, "Emang bedanya di mana, Mi?"
"Cinta itu bisa habis," jawab Mimi dengan mata menatap ke kejauhan. "Daripada cakep tapi cintanya cepat habis, mending yang jelek tapi sayang...." Aku terkekeh mendengarnya. Ya, aku telah belajar, jauh sebelum aku bertemu dengan sosok ibu yang kupanggil Mimi, bahwa cinta memang bisa luntur dan akhirnya habis. Tapi rasa sayang, menurutku, nyaris tak berbatas dan abadi....
Kisah cinta Mimi adalah salah satu buktinya. Suami pertama Mimi meninggal karena kecelakaan, beberapa hari setelah Mimi melahirkan putra pertama mereka. Aku membayangkan (biassaaa... drama queen gitu loh! Hehe...), Mimi muda pastilah amat menderita karena tiba-tiba kehilangan 'pegangan'. Hampir seluruh harta benda diambil oleh pihak keluarga almarhum suaminya (yang menurut Mimi memang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka), padahal bayi yang baru lahir jelas membutuhkan biaya banyak. Untunglah masih ada simpanan kalung yang tersisa. Dengan modal itulah Mimi berjualan rujak.
Ternyata datang seorang laki-laki yang menyayangi Mimi dan putranya. Mulanya Mimi tak memiliki perasaan apapun padanya. Namun, kebaikan hati laki-laki itu meluluhkan hati Mimi, dan itu bukanlah cinta. Semuanya berawal dari rasa iba yang tumbuh menjadi sayang. Lihatlah, pernikahan mereka tetap awet hingga usia senja. "Kayak kakak-ade," tambah Mimi tersenyum.
Sedangkan pasangan yang mulanya dilanda cinta menggebu, dalam hitungan tahun, bahkan mungkin bulan, tiba-tiba berpisah seolah perasaan berbunga-bunga yang dulu pernah ada menguap begitu saja tanpa jejak.
Iya, cinta akan mempermanis sebuah hubungan, tentu saja. Hampir semua pasangan yang ada di dunia mengawali kisahnya dengan rasa cinta dan itu sungguh indah. Tapi, lagi-lagi menurutku, perekatnya adalah sayang. Dengan rasa sayang, setiap pasangan akan bertahan, menerima, memaafkan dan menumbuhkan lagi kebahagiaan. Di atas kebahagiaan itu akan tersemai kembali rasa cinta. Ketika cinta mulai jenuh dan membeku, rasa sayanglah yang akan membuatnya kembali penuh dan hangat.
Andai saja... Andai saja ada seseorang yang mampu mencintaiku dan mengikatku dengan rasa sayang seperti itu. Dan andai aku mampu mencintai dan menyayanginya dengan cara yang sama...
Sudahkah kalian menemukannya? :)
Sumber foto: lupa, euy! :D
1.harus milih ya ?...
BalasHapustp belum ketemu jawabanya
nyontek Mida boleh gak?...
2.sudahkah menemukannya?..
ini aku masih nyari-nyari...
1. Asal jangan golput aja, Septa, hihihi...
BalasHapus2. Semoga cepet ketemu yaa... aku nunggu ditemukan aja ah :p
Wah.. dapet ilmu baru tentang CINTA dan SAYANG nih..
BalasHapusSetuju, dari dulu.. entah kenapa saya lebih suka kata SAYANG daripada CINTA.
Wah Mida pengen ditemukan ya..
BalasHapusTapi jangan ngumpet gitu dong xixi...
saat menunggu, ga usah khawatir, karena Allah sudah merancang semuanya untukmuuuuuuuu..., semoga segera menemukannya....,
BalasHapus