Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

08 April 2009

Coverku Jelek

Berangkat dari kos, perasaanku udah ga enak. Kayanya bakal mengalami sesuatu yang ga menyenangkan, entah hari ini, entah besok atau lusa. Sebutlah itu feeling, yang kemudian dibantah logika. Logikaku mengatakan, 'ya iyalah, dengan berbagai jadwal kegiatan pekerjaan yang terus mundur, kekurangan peserta, website mati suri dan materi presentasi yang belum selesai, jelas mood-nya jadi ga enak'.

Begitu lihat komputer pojok yang nganggur, aku iseng-iseng menyalakannya lalu membuka-buka file (toh, ini komputer milik bersama, bukan milik pribadi). Hingga.... jrengggg.... aku melihat foto itu. Hwaaahhh... langsung mood-nya turun dari setengah happy jadi unhappy at all.... Ngeliatnya bikin sakit hati, bukan sakit mata....

Efeknya ga hilang sampe sesiangan. Ngeliat foto itu membuatku jadi merasa cewek paling jelek sedunia. Ga biasanya, aku sampe bolak-balik ke toilet cuma buat memeriksa jilbabnya rapi ga, bedaknya luntur ga, keliatan gemuk banget ga. Tiba-tiba jadi benci banget ngeliat bayanganku di cermin. Kok item sih? Kok gemuk? Kok mukanya bulet? Kok tua? Kok pendek? Kok bibirnya tebel? Kok pesek? Kayanya ga ada satupun di fisikku yang membuatku senang. Jadi kufur nikmat gini.... T_T

Biasanya aku mengatakan pada diriku sendiri, 'I love the way I am, I'm happy with my life!'.... Tapi gara-gara foto brengsek itu, aku membanding-bandingkan diriku dengannya dan akhirnya susah senyum, susah bersyukur....

Dengan rada bete, aku keluar dari kantor untuk istirahat siang. Kayanya butuh kopi buat menenangkan diri (nyambung ga siy?). Keluar dari minimarket, aku melihat warung rujaknya Mimi. Mimi itu panggilan buat Ibu di Cirebon. Dan rujak itu bukan rujak buah-buahan dengan sambal manis pedas dari kacang dan gula merah, tapi lebih mirip lotek atau gado-gado. Hubunganku dengan Mimi memang lumayan dekat. Kami sering bertukar cerita. Pernah Mimi berkunjung ke kamar kosku, dan kita ngobrol sambil tidur-tiduran di kasur dari jam 8 malam sampe jam setengah 10, hehe... serasa curhat-curhatan sama Mama di Bandung.

Aku akhirnya ke warung Mimi dan memesan kopi. Kebetulan lagi hujan rintik-rintik dan udara cukup dingin hingga menyeruput secangkir kopi buatan Mimi rasanya nikmat banget. Ditambah lagi pepes jamur yang baru matang jadi masih mengepul, wuiiiii....! Tadinya aku mau curhat pada Mimi, bahwa aku merasa jadi cewek paling jelek sedunia. Mimi pasti menghiburku bahwa aku 'nok ayu' seperti yang sering dikatakannya ^_^. Tapi entah kenapa, aku merasa curhat itu ga penting banget. Aku memerhatikan suami Mimi makan siang seadanya lalu memanggil-manggil putra bungsunya yang bekerja di minimarket seberang jalan agar segera istirahat dan makan. Mimi membuat rujak asem (cuma daun kacang dibumbui asam) untuk dirinya sendiri. Betapa sederhananya hidup mereka, but yet so grateful. Hidupku jelas jauh... jauh... lebih baik. Jadi, apa lagi sih yang kukeluhkan?

Hmmm.... Biar deh 'cover'-nya jelek juga. Pokoknya aku harus punya hati paling cantik dan mendapatkan seseorang yang mencintaiku apa adanya. Suittt... suittt... Heuheu.... (amin...).

01 April 2009

Rindu Sebatang Pohon

Sebatang pohon di tepi pulau
Menyendiri, menatap matahari
Akarnya menyatu dengan batu
Batangnya pucat tanpa semangat
Daunnya lepas meranggas

Langit ceria seolah menyapa,
"Kesepiankah yang membuatmu begitu tua?"
Helaian awan lembut menyahut,
"Setiap hari ia mencintai laut!"
Sebatang pohon berkata dalam diam
Hanya Tuhan yang ia rindukan

Sebatang pohon termenung di tepi pulau
Ranting kurusnya mengangguk pada angin
Daunnya menengadah ke angkasa
Akarnya teguh mencengkeram batu kelam
Disimpannya rasa dalam hening
Menjaga cinta tetap syahdu
Memurnikan jiwa pada yang dirindu
Di lukisan pantai siang itu....

PS. Puisi yang tercipta dari foto yang dirindu...
Akankah kau menjemputku?

27 Maret 2009

EARTH HOUR: SATU JAM SAJA


Tadinya mau nulis ini sebagai content web. Tapi berhubung Pak Guru lagi "aneh", webnya jadi edisi nostalgia gitu, ya udah aku tulis di sini aja deh....

Buat kalian yang belom tau, WWF punya hajatan besar tahunan bernama EARTH HOUR. Diselenggarakan setiap hari Sabtu terakhir di bulan Maret (yap, itu artinya Sabtu besok, tanggal 28 Maret 2009), event ini didukung oleh jutaan orang di seluruh dunia. Dan kita pun bisa ikutan!

Emang ngapain sih?

Gampang! Selama satu jam, kita diminta untuk mematikan lampu. Untuk tahun ini, kita harus mematikan lampu pada pk. 20.30 - 21.30 waktu setempat. Rencananya, beberapa landmark di kota Jakarta akan menjadi 'gelap' untuk mendukung earth hour ini. Lampu-lampu di Monas, Jalan Sudirman-Thamrin, Bundaran HI dengan air mancurnya, gedung Balai Kota, patung pemuda dan air mancur arjuna akan dimatikan selama satu jam. Untuk tingkat dunia, Sphinx, Great Pyramids of Giza, Petronas Towers, Empire State Building dan Acropolis Athena juga disebutkan akan mendukung event internasional ini.

Apa manfaatnya?

Well, FYI, terutama di negara kita, pembangkit listriknya masih menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon. Kira-kira 40% emisi karbon yang berpengaruh terhadap meningkatnya suhu secara global dihasilkan dari sektor ketenagalistrikan. Dengan mematikan lampu selama satu jam, untuk kota Jakarta saja, diperkirakan bisa mengurangi beban listrik sebanyak 300 megawatt, mengurangi emisi CO2 sebanyak 284 ton, menyelamatkan lebih dari 284 pohon, serta menghasilkan oksigen untuk lebih dari 568 orang.


Small thing can make a big different! Ayo kita dukung!!!!

24 Maret 2009

Si Polar Bear Mau Diet!


Pagi ini rasanya ga semangat.

Biasanya hari Selasa aku berusaha berangkat lebih cepat untuk membeli nasi kuning langganan. Tapi hari ini selera makanku menurun. Sampai di kantor jam 07.10 WIB, rasanya males banget naik tangga. Akhirnya naik lift dan mendengar pembicaraan tentang sesuatu yang tak ingin kudengar (aduh... kenapa sih mereka harus membicarakan hal itu?).

Rasanya ganjil saat memasuki situasi yang baru, mengetahui bahwa kehidupan terus bergerak sementara kita seperti jalan di tempat. Melihat seseorang pergi dan menanti yang lain datang. Sementara aku hanya berdiri dan menonton perubahan itu, bukan menjadi bagian darinya. Untuk sesaat rasanya aku berdiri limbung dan membutuhkan waktu untuk menyendiri, merencanakan kembali detail hidupku sebaik mungkin agar kembali bisa melangkah dengan mantap.

Ketika pintu lift metalik itu menutup.... astagaaaaaaa.... sepertinya aku memang harus mulai melakukan satu perubahan secepatnya! Di pantulan pintu lift, aku melihat diriku menggembung dan membulat. Celana panjang model pipa berwarna hitam dan kemeja bersulur vertikal itu tak lagi mampu menutupi lemak yang kutimbun dari hasil nafsu ngemil yang tak terkendali. Pantesan aja si Aa keukeuh memaksaku olahraga :p Katanya aku mirip polar bear, dengan cadangan lemak tebal-tebal untuk mengatasi dinginnya kutub.

Well, okay, aku akan melakukan perubahan pertama: mengurangi ngemil dan banyak gerak! Bukan untuk memenuhi ambisi menjadi secantik model (heuheu... jelas-jelas udah ga bisa dari sononya...), tapi untuk membuatku merasa nyaman dengan diri sendiri dan tentu saja lebih sehat! Saat kita senang melihat penampilan sendiri, mood kita biasanya akan lebih baik dan lebih bersemangat melakukan ini-itu.

Aku juga akan melakukan perubahan kedua: bekerja dan menulis lebih giat! Pe-erku udah banyak banget. Dari mulai meringkas buku Green Guide (yang harganya Rp 329.000,-!), presentasi, menyelesaikan semua desain buat workshop bulan depan, belajar bikin web pake CMS dan cari-cari bahan buat content go green. PLUS, latihan menulis. Wuiiiii, mau ngegaya gini, hihihi....

Ya... kesibukan mungkin akan sedikit menghiburku.
Semoga aku konsisten. Insya Allah.

Sumber gambar: www.firstpeople.us

18 Maret 2009

Rindu Kedamaian....


Hari ini, aku mendapat teguran halus dari-Nya....

Beberapa waktu yang lalu, aku sempat tertarik untuk mengikuti sebuah program sosial untuk anak-anak tidak mampu. Singkat kata, setelah mengirim beberapa e-mail dan mengisi formulir, aku sudah berniat untuk mulai membantu bulan ini juga. Tanggapan dari pengurus yayasan tersebut juga positif. Pokoknya semua sip, deh.


Hingga tadi, setelah istirahat siang, aku mendapatkan e-mail yang memberitahukan bahwa program tersebut sudah mendapatkan kecukupan bantuan hingga aku belum bisa diikutsertakan. Owwhhh... aku kecewa banget! Tapi aku sungguh mengerti keputusan itu tentunya tidak diambil sembarangan dan telah melalui pertimbangan yang matang. Aku bisa menerima dengan lapang dada.

Namun, aku jadi berpikir, akhir-akhir ini jalan hidupku memang mulai 'melenceng'. Kesalahan demi kesalahan kulakukan tanpa ada lagi jerit nurani yang terdengar menyesal. Jika saja ruh punya kuping, sesuatu telah menyumbatnya. Aku seperti tersesat di dunia lain yang memabukkan. Dan program sosial ini seolah-olah kujadikan sebagai 'alat penebus dosa' karena aku tak mampu mengeluarkan diri dari 'dunia aneh'-ku yang jalannya menyimpang. Ketika mendapat respon positif untuk mengikuti program ini, aku menjadi riya.


Astaghfirullah....


Rasanya sesak ditegur seperti ini. Diberi 'warning' oleh-Nya seperti melihat diriku terjatuh dan pura-pura tak sanggup bangkit lagi. Memulai menata hatiku dari awal dalam kesendirian terdengar begitu menakutkan sekaligus menyakitkan hingga aku tetap membiarkan diriku ambruk dalam kesalahan. Lemah banget, ya.... Hiks....

Tapi aku yakin aku kuat. Bukankah adanya teguran ini juga menandakan bahwa Dia masih memperhatikanku? Bahwa aku harus 'kembali' secepatnya. Dan aku yakin uluran tangan-Nya akan membantuku menemukan dan menapaki jalan yang lurus, sebaik yang aku bisa.


Ah, kedamaian hati... ke manakah harus kucari?

17 Maret 2009

Keluhan Pagi: Senyum Aja Mahallll....!


Ini hal sepele, aneh (setidaknya bagiku), tapi sering terjadi di mana-mana... Apakah ituuu? (Hehe... kaya nanya ke anak TK)
Diskriminasi senyum berdasarkan kecantikan fisik!


Sebagai seseorang yang segalanya serba biasa aja, kadang rada ga nyaman kalo berada dengan seseorang yang cantik jelita (yang ge-er ngacung! hehe...). Orang-orang yang biasanya berwajah jutek saat ketemu denganku tiba-tiba mukanya jadi full senyum, nyapa ramah, tapi (catet) hanya sama si cantik aja. Aku sih dicuekin beibeh. Ketika aku berusaha berwajah ramah juga, wajahnya kembali jutek saat bertemu pandang denganku. Ga habis pikir... Ada ya, orang kaya begitu? Dan (catet lagi), yang bertingkah begitu ga cuma satu orang aja!

Aku jadi was-was, jangan-jangan aku pernah berbuat salah ya? Tapi, masa sih? Kehadiranku di kota ini aja baru beberapa bulan, dan yang kukenal hanya itu-itu aja. Rasanya aku ga pernah berurusan sama mereka. Meskipun ga kenal, boleh dunk untuk bermurah senyum, yang nyata-nyata shadaqah paling gampang. Apalagi kalo ketemu hampir tiap hari. Cuma menarik sudut mulut ke pinggir kiri dan kanan beberapa cm, menciptakan wajah yang enak dilihat selama beberapa detik kan ga rugi... Tapi kalo yang disenyumin pura-pura ga ngeh akan keberadaanku, buang muka atau jutek, yaaa... shadaqahnya berganti menjadi bentuk pahala lain, yaitu: bersabar! ^_^ Beda sama si cantik, baru beberapa hari di sini, meskipun expressionless, dari pintu masuk sampe lantai atas semua melirik sambil memberinya senyum untuk menarik perhatian. Wkakaka.... koq jadi ngiri mode on ginih.... :p

Ngga... ngga ngiri... Kecantikan itu anugerah-Nya. Dan aku yakin semua orang cantik dan tampan dengan caranya masing-masing. Tapi tolonglah, untuk sekedar ngasih senyum ramah aja, masa sih, harus dibuat skala prioritas berdasarkan kecantikan segala.... Apalagi kalo ditambah prioritas kedudukan sosial atau kelimpahan materi, waduh....

Dunia ini terlalu indah buat dikotori hal-hal sepele seperti itu.

16 Maret 2009

Mimpiku Tentangmu


Begitu aneh, bagaimana aku memimpikanmu malam itu. Kau datang lalu kau pergi, tanpa berkata-kata. Tapi aku tahu kau seolah berkata padaku, 'jika aku datang lagi, aku datang untukmu, jika tidak, aku telah memilih yang lain'. Saat kau menghilang di mimpiku, aku mencarimu, sungguh ingin mengetahui kemana perginya dirimu. Tapi tak kutemukan. Namun, dalam hati aku meyakini kau akan kembali. Saat aku pulang, yang kutemukan bukanlah dirimu, tapi orang lain yang kini hadir dalam hidupku, melihat kesedihanku dan bertanya, 'Kamu kenapa?'
Aku membeku dan berpikir, apakah sudah saatnya aku melupakanmu dan menerima utuh kehadirannya?

Lalu aku terbangun....

Begitu aneh, saat aku melihat profilmu hari ini. Bagaimana kita melakukan kesenangan yang sama, pemikiran yang sama bahkan status hubungan yang sama di belahan dunia dan kehidupan yang berbeda. Kau di sana dan aku di sini. Begitu jauh namun rasamu begitu dekat. Begitu asing namun begitu lekat. Akankah dua jalan kita bertemu? Ataukah kemiripan kita justru seperti dua garis sejajar yang takkan pernah berpotongan?

Aku sungguh merindukanmu.
Tapi pertemuan denganmu justru menjadi ketakutanku.
Bahwa aku tak sesempurna duniamu.
Bahwa namaku telah luntur di hatimu.

Oh, rumitnya rasa....

Gambar diambil dari http://www.abdeali.org/