Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

05 Februari 2009

Baca, Deh!


Aku udah naksir buku ini dari dulu, cuma setiap kali liat covernya koq serem gitu, ya? Khawatirnya buku ini lebih 'gelap' dan 'kelam' dibanding Lord of The Rings Trilogy. Bahkan pas baru beli, waktu buku itu tergeletak di kasur (dengan plastik pembungkus masih utuh), aku sampe membalik cover depannya karena takut, heuheu...

Ternyata, begitu baca lembar pertama, aku udah cekikikan sendiri karena buku ini... lucu banget! Emang ga semua bagian lucu kayak Kambingjantan-nya Raditya Dhika, siy... Soalnya cara bercerita di buku ini dibagi menjadi dua bagian: sisi Nathaniel dan sisi Bartimaeus.

Nathaniel adalah seorang penyihir muda amat berbakat, tapi mempunyai sifat mudah marah dan tidak sabaran. Kekecewaan hidupnya yang pertama adalah saat orang tuanya 'menjual' dirinya di umur lima tahun untuk dilatih menjadi penyihir. Kekecewaan berikutnya adalah ia mendapatkan master (semacam guru penyihir pribadi sekaligus orang tua angkat) seorang penyihir kelas menengah yang tidak menyukai Nathaniel dan tak mampu melindungi saat Nathaniel dipermalukan oleh penyihir tingkat tinggi bernama Simon Lovelace.

Sisi penceritaan Natahaniel bernada sedih, murung dan penuh amarah. Karena dendam dan bosan direndahkan, diam-diam ia belajar dan berlatih sendiri sekeras mungkin hingga menguasai ilmu sihir jauh melampaui penyihir sebayanya. Sebelum waktunya tiba, ia sudah melakukan ritual pemanggilan jin-nya yang pertama dengan tujuan sederhana: mempermainkan Simon Lovelace dengan mencuri benda yang, menurut Nathaniel, paling disayangi Lovelace. Benda itu adalah Amulet Samarkand, benda dengan kekuatan magis luar biasa yang mampu melindungi pemakainya dari kekuatan sihir tingkat tinggi.

Bartimaeus-lah jin yang dipanggil Nathaniel untuk tugas itu. Dan sisi penceritaannya paling aku tunggu-tunggu karena meskipun tampangnya tidak keren (seperti yang diakuinya sendiri), tapi selera humornya tinggi! Jin ini cerdas dan kocak. Bahkan dalam situasi menegangkan, dia bisa membuatku terpaksa menahan tawa terpingkal-pingkal (untuk menghindari kecurigaan para tetangga tentang kewarasanku ^_^). Bartimaeus memang sukses mencuri amulet itu. Namun, mereka ternyata terjebak di tengah rencana konspirasi Simon Lovelace untuk meng-kudeta perdana menteri Inggris.

Dari rencana pembalasan Nathaniel yang sederhana, cerita berkembang menjadi penuh intrik dan pertarungan. Korban-korban pun berjatuhan. Tapi, jangan khawatir, saat Bartimaeus bertarung, ia tetep melawak, koq! Heuheu... Dia pernah ditaksir burung dara betina genit saat menyamar menjadi burung untuk memata-matai Lovelace. Dia sempat-sempatnya melakukan gerakan balerina di udara (tangan diangkat ke atas lalu berputar dengan bertumpu pada satu kaki) saat bertarung dengan jin kuat bernama Jabor. Pokoknya ada-ada aja, deh!

Bagaimana tepatnya rencana Lovelace untuk membunuh PM Inggris dan menteri-menteri lain sehingga dia sangat membutuhkan amulet itu? Dan bagaimana akhir cerita Bartimaeus dan Nathaniel yang 'terpaksa' bersatu untuk melawan Lovelace demi keselamatan jiwa mereka sendiri dan rakyat Inggris? Baca sendiri, dunkkk... ^_^ (basi, ya, maaph... :p)

3 komentar:

  1. Kudu mulai nyisihin buat beli buku lagi !!!!!

    BalasHapus
  2. hai tante...
    kita udah lama lho baca buku itu.. lengkap sampe tamat triloginya... hehe.. (sengaja biar ngiri :P)

    mama cahya

    BalasHapus
  3. Heuheu... I knew it! I knew it! Aku dah nyangka klo kalian pasti punya ^_^ Tp karena mw minjem hrs ke Jakarta dulu, jd beli sendiri, deh...

    BalasHapus