Wilujeng Sumping...

Ini blog seorang mida, yang -seperti manusia lainnya- punya banyak kisah dan masalah untuk diceritakan dalam perjalanan hidupnya. Silakan masuk, duduk di mana aja dan baca-baca sesuka hati. Mau teh atau kopi? ^_^

11 Februari 2009

To Kill A Mocking Bird


Coba liat covernya yang keren! Maksudku bukan dari segi desainnya (meskipun bagus juga dan 'kena' banget), tapi dari tulisan-tulisan yang menghiasinya: Pulitzer Prize Winning For Fiction, Guinness Book of World Records sebagai novel terlaris sepanjang masa, plus penghargaan Presidential Medal of Freedom 2007 untuk pengarangnya. Gile... impian semua penulis banget, tuh!

Dengan mengusung tema 'berat' berbau rasial, kisah di novel ini menjadi unik karena dituturkan melalui sudut pandang seorang gadis kecil berusia delapan tahun. Kita akan diajak menyelami pikirannya yang polos, sederhana, namun kadang mencengangkan karena bermakna begitu dalam. Dibimbing oleh Atticus Finch, ayahnya yang bijak dan berpikiran maju serta Jem, kakak laki-laki semata wayang yang tengah beranjak remaja, gadis kecil bernama Jean Louise Finch (atau biasa dipanggil Scout) ini 'berusaha' memahami kehidupan melalui interaksinya dengan beragam karakter orang-orang di sekelilingnya.

Ada karakter Calpurnia, koki keluarga Scout yang berkulit hitam, Mrs. Henry Lafayette Dubose yang sudah tua dan berlidah setajam silet *halah*, ada si biang gosip Miss Stephanie Crawford, juga Miss Rachel dan ponakannya, Dill, seorang anak laki-laki hampir sebaya Scout yang akan datang setiap liburan musim panas tiba. Namun yang paling aneh adalah tetangga Scout yang tinggal di Radley Place. Keluarga Radley jarang terlihat keluar rumah hingga anak-anak ketakutan setiap lewat depan rumahnya. Konon, salah satu anak Radley ada yang dikurung di ruangan bawah tanah dan menjadi gila.

Tekanan dan cercaan terhadap Scout dan keluarganya dimulai saat Atticus, sebagai pengacara, membela seorang kulit hitam yang dituduh (maaf) memperkosa wanita kulit putih. Beberapa mendukung, tetapi lebih banyak yang menentang, bahkan ingin mencelakai keluarga Finch. Namun, dengan adanya masalah ini, Scout yang pemarah justru belajar menjadi lebih sabar dan tegar. Dan kita, sebagai pembaca, seolah-olah dibimbing secara halus untuk lebih memahami dan menerima perbedaan karakter manusia dengan segala problematika yang terjadi dalam kehidupannya.

Kisah dalam novel ini nggak seberat keliatannya koq ^_^ Penuturannya mengalir lancar dan kadang kepolosan Scout membuat kita tersenyum. Fakta dan 'dongeng' sejarah dalam buku ini juga mempermudah kita membayangkan situasi di Alabama saat itu. Buku bagus buat dikoleksi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar